Halaman

Jumat, 03 November 2017

BFF - Does It Exist? (Preface)

From pinterest.com 

Someone you can count on. Someone who cares. Beside you wherever you go.
Gift Of A Friend by Demetria Devonne Lovato
Lagu ini rilis di masa aku masih SMP. It was one of my favorite song ever. Kebanyakan orang suka lagu karena mereka merasa lagu itu “aku banget” katanya, tapi ini bukan alasanku suka lagu ini. Alasanku suka lagu ini justru karena aku rasa lagu ini “bukan aku banget”. Dan dari lagu ini aku selalu mengandai-andai memiliki seorang teman dekat yang sangat dekat dan baik. Yes, mengandai-andai berarti kenyataannya tidak ada. Lagu inilah yang selalu mengingatkanku bahwa aku hidup tidak seperti apa yang ada di lagu tersebut. Mbulet? Sorry.
Sebelumnya, kenalin namaku Davina. Saat ini aku adalah seorang mahasiswa pasca sarjana di salah satu universitas negeri di Jogja. Aku sedikit menganggap diriku sendiri introvert. Kenapa? Karena aku rasa memang aku lebih menyukai sendiri daripada harus berteman dengan orang lain. Mungkin ini semua memang dari apa yang telah aku alami sejak kecil.
Aku adalah seorang gadis pemalu dan penakut untuk bersosialisasi dengan orang lain. Aku agak sulit berteman baik dengan seseorang. Bukan berarti aku ini anak jahat atau anak aneh jadi tidak ada yang mau berteman denganku. Namun aku hanya tidak ingin berteman baik dengan orang lain.

Kalian pasti punya kan satu dua orang atau grup yang sangat dekat dengan kalian, kalian begitu dekat dan akrab hingga merasa seperti keluarga. Beberapa dari kalian mungkin menyebutnya “sahabat”. Yupp, itulah yang aku maksud berteman baik. Kalau teman biasa, teman sekolah, teman nongkrong, aku punya banyak, tapi teman dekat bagai keluarga yang biasa disebut sahabat itulah yang aku rasa aku tak pernah punya hingga sekarang.
Kalau cowok mungkin umumnya tak merasa membutuhkan hubungan sahabat, bagi mereka mungkin yang terpenting adalah saat aku butuh ada yang bisa membantu, atau saat kamu butuh dan aku bisa maka aku akan bantu. Aku rasa kehidupan cowok memang lebih menyenangkan. Meski konflik memang pasti ada, namun mereka tak terlalu dramatis, semua begitu natural, biasa, dan asik. Jika tak suka mereka akan pergi, jika butuh mereka akan datang. Tak begitu melibatkan perasaan. Sangat berbeda dengan cewek. Ya kan?
Aku selalu merasa tak ada yang bisa menjadi teman baikku. Kadang aku berpikir, apakah aku begitu tak berharga hingga tak ada yang mau berteman baik denganku, apakah aku terlalu tak terlihat dan tak popular di masa itu hingga tak pantas untuk dijadikan teman akrab. Mengapa aku yang telah menganggap mereka sahabat ternyata mereka justru tak menganggapku apa-apa? Apa aku ini jelek sehingga aku tak pantas? Atau apa?
Mengapa orang-orang begitu jahat? Mereka datang hanya saat mereka butuh, butuh teman curhat, butuh teman yang bisa menemaninya terdiam di kamar atau sekedar mengelilingi mall, butuh teman yang bisa membantunya menyelesaikan masalah yang ia miliki, atau bahkan hanya karena mereka butuh uang lalu ia datang. Jadi apa iya teman baik atau sahabat yang berteman tulus tanpa pamrih denganmu itu benar-benar ada?
Sebagai seorang cewek, aku selalu membayangkan memiliki teman-teman wanita yang dekat bahkan sebagai sahabat. Tapi aku tak pernah punya satu pun. Aku mencoba berkali-kali untuk menjadi dekat dengan beberapa teman sejak jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, dan beberapa yang begitu terkenang akan aku rangkum menjadi beberapa lembar cerita.
Di sini aku tak pernah berniat berusaha membuat kalian tak mempercayai teman kalian atau membuat kalian mendadak tak lagi bersahabat. Namun aku hanya ingin sedikit berbagi dengan menceritakan realita kecil yang membuatku mempertanyakan BFF – Does it exist?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar