Halaman

Jumat, 16 Juni 2017

Putri & Pangeran (Bab I: "PING!!!")

Sebelumnya,
Hi, aku Syifa. Di sini aku ingin sedikit berbagi pengalamanku tentang cinta. Mungkin sebelumnya aku sudah pernah bercerita tentang pahitnya cinta dengan Raka. Hahaaa. Iya, aku adalah Syifa yang sama dengan kisah “Cinta Monyet Raka dan Syifa” jika kalian pernah tahu, jika belum, maka sebelum membaca kisah ini, kalian wajib membaca kisahku sebelumnya. Bukan bermaksud untuk mengiklankan tulisanku sebelumnya, tapi memang karena kalian akan susah memahami alur ceritaku ini jika kalian tidak tahu masa laluku.
Oke, setelah kalian tahu siapa aku dan bagaimana masa laluku di dunia hati ini, mungkin kalian tahu sekali siapa itu Pangeran. Yupp, di sini akan aku bagi bagaimana awal pertemuan kami hingga kini. Tapi mungkin kalian bertanya-tanya, siapa Putri yang aku pajang namanya di judul tulisan ini? Hahaa, tidak usah menebak-nebak, tentu saja akulah Sang Putri itu. Tolong jangan tertawa. Aku sendiri kebingungan, akan tidak cocok jika aku beri judul “Syifa dan Pangeran”. Lagian, namaku juga mengandung kata Putri kok jika kalian tahu. Jadi, anggap saja sekarang di sini aku berubah nama menjadi Putri. So, buat kalian yang sudah membaca my last story pasti sudah ada sedikit gambaran tentang bagaimana aku dan Pangeran bertemu. Akan aku ulas lebih detail di sini. Sip, let’s start the drama.
Why did I say drama? Yupp, Karen sebenarnya ceritaku ini memang hampir seperti drama, sinetron, film, dan semacamnya. Tapi setelah aku pikir-pikir, sebenarnya bukan kisahku yang seperti sinetron, sesungguhnya sinetron lah yang memang membuat scenario berdasarkan kisah nyata. Ya tentunya mereka tambahkan bumbu-bumbu kealayan, itu yang sebenarnya menyebalkan. Jika kalian pikir kisah orang tua tiri yang jahat, bertemu jodoh secara kebetulan, dan lain sebagainya itu hanya cerita di sinetron, kalian salah. Memang tidak semua seperti itu, tapi percayalah, memang ada yang seperti itu di dunia ini. Salah satunya aku. Hahaaa
Jadi, semua berawal ketika aku masih berada di semester 4 saat aku kuliah jika aku tidak salah. Saat itu tiba-tiba ada beberapa akun BBM yang meng-invite ku secara bersamaan. Dari nama-namanya aku tidak mengenali siapa mereka, tapi sengaja aku terima saja karena aku adalah golongan positivistic, yaitu golongan orang-orang yang berpikir positif, mungkin saja mereka kawan dari kawanku yang butuh bantuan atau keperluan yang lain. Setelah aku terima permintaan BBM mereka, aku hanya membiarkannya saja, karena selain golongan positivistic aku juga golongan masa bodo sak karepmu alias tidak terlalu peduli urusan orang lain. Jadi selama mereka tidak mengirim pesan terlebih dahulu aku tidak akan mengirim pesan dan bertanya-tanya layaknya orang kepo. Ya mungkin hal itu karena sifatku yang tertutup jadi aku tidak terlalu suka aktif, tetapi reaktif.
Aku lebih suka apabila sesuatu tertata rapi, termasuk kontak BBM ku. Aku selalu menempatkan semua kontakku sesuai dengan kategori masing-masing seperti Keluarga, Kawan SD, Kawan SMA, Kawan Kuliah, dan lain sebagainya. Kontak yang tidak ada dalam semua kategori aku tempatkan di kategori Kontak, termasuk mereka-mereka yang tidak aku kenal tadi, semua masih berada di kategori kontak karena memang bahkan aku tidak tahu siapa mereka.
Saat itu aku masih bersama Raka, ya tapi masih dengan tabiatku yang sedikit terbuka alias berani menanggapi para pemuda yang mendekatiku. Prinsipku sih aku akan jujur bahwa aku punya kekasih, urusan setelah itu aku urus belakangan saja, jika memang mereka masih tertarik ya bisa jadi aku pertimbangkan, namun jika mereka mundur aku juga biarkan. Yang jelas aku tidak akan mau jika harus diminta memutuskan Raka.

Selang beberapa waktu setelah beberapa akun BBM meng-invite ku waktu itu, entah satu atau berapa bulan, aku merasa aku harus bersih-bersih kontak. Aku pikir untuk apa memiliki kontak yang mungkin sudah tak terpakai atau kontak orang yang tak kukenal. Jadilah saat itu aku memilah-milah beberapa kontak untuk dihapus. Ada yang satu orang memiliki lebih dari satu akun dan ternyata akun yang lain sudah tak terpakai, kontak yang seperti itulah yang aku hapus. Kemudian aku terus menggeser-geser layar handphone sampai ke kategori paling akhir yaitu kategori kontak. Di sinilah aku rasa keajaiban itu ada. Beberapa kontak tak dikenal yang waktu lalu aku hapus, dimulai dari mereka yang memakai nama alay dengan angka dan symbol, sampai kemudian aku buka sebuah kontak dengan nama “Pangeran”. Dalam hati bertanya-tanya, siapa dia. Aku buka Display Picture yang dipasangnya, seorang lelaki berbaju kotak-kotak sedang memegang handphone kecil ditangannya, badannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil aku pikir, tidak terlalu tampan tapi tidak jelek. Aku masih mengingat-ingat apakah aku mengenalnya, dan tetap tidak ada ingatan apapun tentang siapa dia. Akhirnya aku putuskan saja untuk menghapus kontaknya.
Yak, tepat di saat aku berniat menghapus kontaknya, tetap sebelum aku menekan tombol delete contact, tiba-tiba ada chat masuk di BBM ku. Dan ternyata,
“PING!!!”
Dan dengan heran aku buka, PING!!! itu datangnya dari kontak Pangeran yang tepat saat itu hampir aku hapus. Aku pikir, kebetulan sekali, hampir kuhapus dan dia mengirim pesan. Aku yang saat itu sangat terbuka pun membalas pesan itu dengan agak ketus.
“Ya”
Dijawabnya dengan pertanyaan,
“Siapa ya?”
Lhah, aku jadi heran. Kan dulu dia yang mengirim undangan BBM ku, kenapa sekarang justru dia yang bertanya aku ini siapa, bukankah harusnya aku yang bertanya siapa dia. Aku jawab saja santai.
“Kan ada tulisan namanya.”
“Ooh iya. Manggilnya siapa?”
“Putri. Kamu siapa?”
“Kan ada tulisan namanya. Hahaa”
Aiiihh, anak ini, belum kenal sudah berani membalas, tapi lucu sih. Saat aku tanya tahu dari mana PIN BBM ku, dia hanya menjawab lupa, tidak tahu, sudah terlalu lama. Lalu saat kutanya kenapa dia mengirim pesan padaku, dia hanya menjawab ‘entah’. Jadi meskipun aku masih penasaran siapa dia dan dari mana dia mendapat kontakku, aku abaikan saja hal itu, yang jelas saat ini kita sudah mulai berkirim pesan. Iseng pula dia tanya padaku semester berapa saat itu.
“Kuliah semester berapa?”
“Aku? Semester 4. Kamu?”
“Hahaaa, Semester 2.”
Ow ow, ternyata dia brondong, lebih muda bahkan dua tahun dariku. Tapi aku sendiri tidak terlalu ambil pusing saat itu, toh belum tentu juga kami akan lebih dekat lagi pikirku. Jadi aku lanjutkan saja. Setelah beberapa basa-basi yang tidak terlalu aku hiraukan dan tidak terlalu aku ingat, yang jelas muncullah ajakan
“Keluar yok, main.”
“Gak ah gak punya uang. Lagian besok kuliah kok main.”
“Justru anak-anak kos ku mainnya kalau hari masuk, jadi ini pada pergi, kalau malem minggu malah pada di kos.”
“Kok kebalik.”
“Iya, enaknya main ke mana ya? Atau sekedar nongkrong di pinggir jalan atau jembatan aja, kan gak pake duit.”
Aku pikir, apa-apaan ini anak. Ya sebenarnya aku memang anak nongkrong low budget juga sih, paling-paling nongkrong juga di angkringan, pesan minum dan cemilan satu saja bisa nongkrong sampai tengah malam atau bahkan dini hari. Jadi sebenarnya bukan masalah sih. Masalahnya ada pada aku sudah memiliki Raka, meskipun aku bersikap terbuka di media social, tetap saja aku juga menjaga diri jika harus bertemu orang baru. Sebelum aku iyakan atau aku tolak, dia pun mengeluarkan pertanyaan klimaksnya,
“Eh, tapi nanti kalau tak ajak main ada yang marah lagi.”
Seperti prinsip awalku, aku akan tetap jujur, jadi aku jawab saja apa adanya.
“Hahaa, iya ada, tapi orangnya gak di sini kok. Dia di Semarang.”
“Owh, udah punya to. Yaaaahh. Polisi?”
“Bukan, kuliah. Kesehatan.”
“Ouwalah. LDR dong. Enak?”
“Hahaa, ya begitulah. Kadang bertengkar, kadang baik, banyak bertengkarnya. ^_^”
Terlalu jujur mungkin aku, bisa jadi sengaja aku jawab seperti itu karena aku sudah sedikit mulai bosan dengan hubunganku dan Raka. Tidak lama kemudian dia mengirim gambar sebuah kaos hitam dengan tulisan “PENAK JOMBLO”. Dia memang sebelumnya sering mengirim gambar-gambar lucu dan membuatku tertawa. Tapi sepertinya gambar kaos itulah yang menjadi gambar terakhir yang dikirimkan padaku saat itu.
Entah saat itu dia dalam posisi memang jomblo atau tidak aku tidak tahu karena aku tidak bertanya dan tidak terlalu mau tahu. Yang jelas setelah dia tahu aku memiliki pacar, tidak butuh waktu lama baginya kemudian untuk mundur teratur. Tiba-tiba dia menghilang, tidak lagi mengirimi pesan. Aku simpulkan berarti dia mungkin termasuk orang baik yang tidak mau mengganggu hubungan orang lain.
Setelah dia menghilang pun aku tidak berusaha untuk mencarinya juga. Aku biarkan saja, dan aku pikir, terserah saja, toh memang kami belum terlalu dekat dan aku masih bersama Raka. Jadi  bukan menjadi beban atau masalah jika aku melepaskan Pangeran begitu saja. Lagian aku juga tidak benar-benar tahu siapa dia. Jadi, mungkin selesai sampai di sini, namun setidaknya kontaknya masih tetap kusimpan.
#ToBeContinued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar