Hi,
aku Syifa. Di sini aku ingin sedikit berbagi pengalamanku tentang cinta.
Mungkin sebelumnya aku sudah pernah bercerita tentang pahitnya cinta dengan
Raka. Hahaaa. Iya, aku adalah Syifa yang sama dengan kisah “Cinta Monyet Raka
dan Syifa” jika kalian pernah tahu, jika belum, maka sebelum membaca kisah ini,
kalian wajib membaca kisahku sebelumnya. Bukan bermaksud untuk mengiklankan
tulisanku sebelumnya, tapi memang karena kalian akan susah memahami alur
ceritaku ini jika kalian tidak tahu masa laluku.
Oke,
setelah kalian tahu siapa aku dan bagaimana masa laluku di dunia hati ini,
mungkin kalian tahu sekali siapa itu Pangeran. Yupp, di sini akan aku bagi
bagaimana awal pertemuan kami hingga kini. Tapi mungkin kalian bertanya-tanya,
siapa Putri yang aku pajang namanya di judul tulisan ini? Hahaa, tidak usah
menebak-nebak, tentu saja akulah Sang Putri itu. Tolong jangan tertawa. Aku
sendiri kebingungan, akan tidak cocok jika aku beri judul “Syifa dan Pangeran”.
Lagian, namaku juga mengandung kata Putri kok jika kalian tahu. Jadi, anggap
saja sekarang di sini aku berubah nama menjadi Putri. So, buat kalian yang
sudah membaca my last story pasti sudah ada sedikit gambaran tentang bagaimana
aku dan Pangeran bertemu. Akan aku ulas lebih detail di sini. Sip, let’s start
the drama.
Why
did I say drama? Yupp, Karen sebenarnya ceritaku ini memang hampir seperti
drama, sinetron, film, dan semacamnya. Tapi setelah aku pikir-pikir, sebenarnya
bukan kisahku yang seperti sinetron, sesungguhnya sinetron lah yang memang membuat
scenario berdasarkan kisah nyata. Ya tentunya mereka tambahkan bumbu-bumbu
kealayan, itu yang sebenarnya menyebalkan. Jika kalian pikir kisah orang tua
tiri yang jahat, bertemu jodoh secara kebetulan, dan lain sebagainya itu hanya
cerita di sinetron, kalian salah. Memang tidak semua seperti itu, tapi
percayalah, memang ada yang seperti itu di dunia ini. Salah satunya aku. Hahaaa
Jadi,
semua berawal ketika aku masih berada di semester 4 saat aku kuliah jika aku
tidak salah. Saat itu tiba-tiba ada beberapa akun BBM yang meng-invite ku
secara bersamaan. Dari nama-namanya aku tidak mengenali siapa mereka, tapi
sengaja aku terima saja karena aku adalah golongan positivistic, yaitu golongan
orang-orang yang berpikir positif, mungkin saja mereka kawan dari kawanku yang
butuh bantuan atau keperluan yang lain. Setelah aku terima permintaan BBM
mereka, aku hanya membiarkannya saja, karena selain golongan positivistic aku
juga golongan masa bodo sak karepmu alias tidak terlalu peduli urusan orang
lain. Jadi selama mereka tidak mengirim pesan terlebih dahulu aku tidak akan
mengirim pesan dan bertanya-tanya layaknya orang kepo. Ya mungkin hal itu
karena sifatku yang tertutup jadi aku tidak terlalu suka aktif, tetapi reaktif.
Aku
lebih suka apabila sesuatu tertata rapi, termasuk kontak BBM ku. Aku selalu menempatkan
semua kontakku sesuai dengan kategori masing-masing seperti Keluarga, Kawan SD,
Kawan SMA, Kawan Kuliah, dan lain sebagainya. Kontak yang tidak ada dalam semua
kategori aku tempatkan di kategori Kontak, termasuk mereka-mereka yang tidak
aku kenal tadi, semua masih berada di kategori kontak karena memang bahkan aku
tidak tahu siapa mereka.
Saat
itu aku masih bersama Raka, ya tapi masih dengan tabiatku yang sedikit terbuka
alias berani menanggapi para pemuda yang mendekatiku. Prinsipku sih aku akan
jujur bahwa aku punya kekasih, urusan setelah itu aku urus belakangan saja,
jika memang mereka masih tertarik ya bisa jadi aku pertimbangkan, namun jika
mereka mundur aku juga biarkan. Yang jelas aku tidak akan mau jika harus
diminta memutuskan Raka.
Selang
beberapa waktu setelah beberapa akun BBM meng-invite ku waktu itu, entah satu
atau berapa bulan, aku merasa aku harus bersih-bersih kontak. Aku pikir untuk
apa memiliki kontak yang mungkin sudah tak terpakai atau kontak orang yang tak
kukenal. Jadilah saat itu aku memilah-milah beberapa kontak untuk dihapus. Ada
yang satu orang memiliki lebih dari satu akun dan ternyata akun yang lain sudah
tak terpakai, kontak yang seperti itulah yang aku hapus. Kemudian aku terus
menggeser-geser layar handphone sampai ke kategori paling akhir yaitu kategori
kontak. Di sinilah aku rasa keajaiban itu ada. Beberapa kontak tak dikenal yang
waktu lalu aku hapus, dimulai dari mereka yang memakai nama alay dengan angka
dan symbol, sampai kemudian aku buka sebuah kontak dengan nama “Pangeran”.
Dalam hati bertanya-tanya, siapa dia. Aku buka Display Picture yang
dipasangnya, seorang lelaki berbaju kotak-kotak sedang memegang handphone kecil
ditangannya, badannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil aku pikir,
tidak terlalu tampan tapi tidak jelek. Aku masih mengingat-ingat apakah aku
mengenalnya, dan tetap tidak ada ingatan apapun tentang siapa dia. Akhirnya aku
putuskan saja untuk menghapus kontaknya.
Yak,
tepat di saat aku berniat menghapus kontaknya, tetap sebelum aku menekan tombol
delete contact, tiba-tiba ada chat masuk di BBM ku. Dan ternyata,
“PING!!!”
Dan
dengan heran aku buka, PING!!! itu datangnya dari kontak Pangeran yang tepat
saat itu hampir aku hapus. Aku pikir, kebetulan sekali, hampir kuhapus dan dia mengirim
pesan. Aku yang saat itu sangat terbuka pun membalas pesan itu dengan agak
ketus.
“Ya”
Dijawabnya
dengan pertanyaan,
“Siapa
ya?”
Lhah,
aku jadi heran. Kan dulu dia yang mengirim undangan BBM ku, kenapa sekarang
justru dia yang bertanya aku ini siapa, bukankah harusnya aku yang bertanya
siapa dia. Aku jawab saja santai.
“Kan
ada tulisan namanya.”
“Ooh
iya. Manggilnya siapa?”
“Putri.
Kamu siapa?”
“Kan
ada tulisan namanya. Hahaa”
Aiiihh,
anak ini, belum kenal sudah berani membalas, tapi lucu sih. Saat aku tanya tahu
dari mana PIN BBM ku, dia hanya menjawab lupa, tidak tahu, sudah terlalu lama.
Lalu saat kutanya kenapa dia mengirim pesan padaku, dia hanya menjawab ‘entah’.
Jadi meskipun aku masih penasaran siapa dia dan dari mana dia mendapat
kontakku, aku abaikan saja hal itu, yang jelas saat ini kita sudah mulai
berkirim pesan. Iseng pula dia tanya padaku semester berapa saat itu.
“Kuliah
semester berapa?”
“Aku?
Semester 4. Kamu?”
“Hahaaa,
Semester 2.”
Ow
ow, ternyata dia brondong, lebih muda bahkan dua tahun dariku. Tapi aku sendiri
tidak terlalu ambil pusing saat itu, toh belum tentu juga kami akan lebih dekat
lagi pikirku. Jadi aku lanjutkan saja. Setelah beberapa basa-basi yang tidak
terlalu aku hiraukan dan tidak terlalu aku ingat, yang jelas muncullah ajakan
“Keluar
yok, main.”
“Gak
ah gak punya uang. Lagian besok kuliah kok main.”
“Justru
anak-anak kos ku mainnya kalau hari masuk, jadi ini pada pergi, kalau malem
minggu malah pada di kos.”
“Kok
kebalik.”
“Iya,
enaknya main ke mana ya? Atau sekedar nongkrong di pinggir jalan atau jembatan
aja, kan gak pake duit.”
Aku
pikir, apa-apaan ini anak. Ya sebenarnya aku memang anak nongkrong low budget
juga sih, paling-paling nongkrong juga di angkringan, pesan minum dan cemilan
satu saja bisa nongkrong sampai tengah malam atau bahkan dini hari. Jadi sebenarnya
bukan masalah sih. Masalahnya ada pada aku sudah memiliki Raka, meskipun aku
bersikap terbuka di media social, tetap saja aku juga menjaga diri jika harus
bertemu orang baru. Sebelum aku iyakan atau aku tolak, dia pun mengeluarkan
pertanyaan klimaksnya,
“Eh,
tapi nanti kalau tak ajak main ada yang marah lagi.”
Seperti
prinsip awalku, aku akan tetap jujur, jadi aku jawab saja apa adanya.
“Hahaa,
iya ada, tapi orangnya gak di sini kok. Dia di Semarang.”
“Owh,
udah punya to. Yaaaahh. Polisi?”
“Bukan,
kuliah. Kesehatan.”
“Ouwalah.
LDR dong. Enak?”
“Hahaa,
ya begitulah. Kadang bertengkar, kadang baik, banyak bertengkarnya. ^_^”
Terlalu
jujur mungkin aku, bisa jadi sengaja aku jawab seperti itu karena aku sudah
sedikit mulai bosan dengan hubunganku dan Raka. Tidak lama kemudian dia mengirim
gambar sebuah kaos hitam dengan tulisan “PENAK JOMBLO”. Dia memang sebelumnya
sering mengirim gambar-gambar lucu dan membuatku tertawa. Tapi sepertinya
gambar kaos itulah yang menjadi gambar terakhir yang dikirimkan padaku saat
itu.
Entah
saat itu dia dalam posisi memang jomblo atau tidak aku tidak tahu karena aku
tidak bertanya dan tidak terlalu mau tahu. Yang jelas setelah dia tahu aku
memiliki pacar, tidak butuh waktu lama baginya kemudian untuk mundur teratur.
Tiba-tiba dia menghilang, tidak lagi mengirimi pesan. Aku simpulkan berarti dia
mungkin termasuk orang baik yang tidak mau mengganggu hubungan orang lain.
Setelah dia
menghilang pun aku tidak berusaha untuk mencarinya juga. Aku biarkan saja, dan
aku pikir, terserah saja, toh memang kami belum terlalu dekat dan aku masih
bersama Raka. Jadi bukan menjadi beban
atau masalah jika aku melepaskan Pangeran begitu saja. Lagian aku juga tidak
benar-benar tahu siapa dia. Jadi, mungkin selesai sampai di sini, namun
setidaknya kontaknya masih tetap kusimpan.
#ToBeContinued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar