Halaman

Minggu, 26 November 2017

BFF - Does It Exist? (Bab VI - Sahabat Jadi Cinta)

Strangers

Sebelumnya aku pernah berkata tentang persahabatan lelaki dan perempuan tidak selalu ada rasa yang terlibat. Iya, itu antara aku dan Dedi, tapi tidak antara aku dan Iwan. Iwan, sangat dekat dengan Dedi, dan aku sangat dekat dengan Dedi juga, mau tidak mau kami sering bersama. Sebenarnya aku tidak secara langsung dekat dengan Iwan, aku hanya pergi ke mana Dedi pergi, sayangnya Dedi selalu pergi dengan Iwan, jadilah kami bertiga sering bersama.
Seperti yang aku katakan, aku dan Iwan tak pernah benar-benar dekat sebagai teman dekat. Bahkan aku sempat tak suka dengannya saat pertama bertemu di OSPEK. Iwan, pria berkulit sawo sangat matang (Hahaaa), cukup tinggi, dan kurus. Sebagai sesama mahasiswa baru kami tak saling mengenal, aku tak berusaha mengenalnya, begitu pula dia.
“Heh, titip salam buat temenmu.”
“Ha? Siapa?”
“Cici, itu yang cantik, putih. Yang giginya gingsul.”
“Oh, iya.”
Itulah percakapan pertama kami saat OSPEK sesi Fakultas. Aku pikir, ini anak pasti playboy, sukanya sama cewek-cewek cantik, putih, gigi gingsul, rambut lurus teruari, badan langsing, agak pendek, imut-imut, ya cewek masa kini lah. Euwh, cowok alay, gondes, yang dicari dari perempuan adalah fisiknya. Berasa ingin muntah aku mengingatnya.

Rabu, 22 November 2017

BFF - Does It Exist? (Bab V: Trio Idiot)

Three

 “Mamii, ayo nonton, The Avangers udah keluar nih yang terbaru.”
“Aku ngikut kalian aja.”
“Siippppp…”
Mami, iya, beberapa teman kuliah memanggilku dengan sebutan Mami. Panjang asal-usulnya, yang jelas, aku juga dianggap yang paling kalem dan keibuan. Memang aku lebih suka memperlakukan orang lain seperti aku diperlakukan oleh ibuku. Aku termasuk anak manja, aku selalu diladeni jika butuh apapun, aku tak pernah dimarahi sekalipun aku berbuat salah, ibu hanya akan menasihati dengan lembut menurutku, dan aku suka diperlakukan seperti itu. Dan tanpa dirasa ternyata perilaku ibu juga merasuk ke perilakuku.
Sebelumnya aku sudah sempat menyinggung bahwa dalam satu kelas kami seolah membentu kelompok-kelompok, dan aku masuk ke dalam kelompok anak-anak heboh. Di dalamnya ada Dedi, beberapa anak laki-laki, dan beberapa anak perempuan. Dari seluruh anak dalam kelompok ini pun masih terpecah lagi menjadi beberapa grup, Tri Idiot dulu kami bilang. Dedi, Miftah, dan Iwan selalu bersama, sedangkan aku selalu bersama dengan Risma dan Nana.
Risma, iya Risma, gadis super heboh yang sempat aku singgung sebelumnya. Dia yang dalam hatiku aku berkata bahwa aku tak menyukainya, sekarang justru kami begitu dekat. Lagi-lagi kasusnya begitu, aku rasa lain waktu aku harus berhati-hati jika berkata-kata dalam hati. Setelah Pita, sekarang Risma, Hahaaa. Hidup memang tak pernah bisa ditebak. Mungkin Tuhan tak suka aku menanam benih-benih kebencian pada orang lain, jadi Tuhan membuat scenario agar aku jadi dekat dengan mereka.

Minggu, 19 November 2017

BFF - Does It Exist? (Bab IV: Selalu Ingat)

Guy Best Friend
Kuliah. Merantau ke kota orang, meski jarak rumah dan kotaku hanya empat jam, tapi tetap saja kan namanya merantau. Kota baru, kampus baru, lingkungan baru, teman baru, dan aku harus beradaptasi dengan segala kebaruan ini. Beruntung sebelum aku masuk kuliah terlebih dahulu aku menjalani les di salah satu lembaga bimbel yang terletak sekitar dua jam dari rumah, otomatis aku sudah terlebih dulu merasakan jauh dari rumah, jadi aku tidak terlalu sulit beradaptasi kali ini.
Hidup di tempat baru, bagiku yang penting aku tahu jalan ke kampus dan tempat-tempat makan sekitar kost, selebihnya bisa kucari nanti. Dan satu yang penting, aku rasa aku butuh teman. Tapi bagaimana aku bisa mendapatkan teman jika kepribadianku adalah aku tak begitu suka bergaul. So, let’s see who’s gonna be my next friend.
Sebagai mahasiswa baru tentu aku harus menjalani OSPEK. Hari itu kami melaksanakan persiapan OSPEK, seluruh mahasiswa telah dibagi menjadi beberapa kelompok. Karena OSPEK terdiri dari sesi Fakultas dan sesi Jurusan, maka setiap mahasiswa akan memiliki dua kelompok.
Aku masuk ke dalam kelompok Perubahan untuk sesi Fakultas. Dalam satu kelompok terdiri dari sangat banyak mahasiswa baru, kurang lebih sekitar lima puluh orang. Tentu saja aku tak bisa kenal baik dengan semua, hanya beberapa saja yang ku kenal, tapi tidak dekat, aku tak akan semudah itu dekat dengan teman baru.
Sebagai tipe maba yang tidak heboh dan terkesan invisible, aku tentu tidak terkenal. Saat pemilihan ketua kelompok, ada beberapa maba heboh yang terlihat, salah satunya Risma, dia sangat heboh, terlalu heboh menurutku. Sekali lagi, untuk kesan pertama pada seseorang, aku tidak suka dengan anak itu.
Tidak ada yang istimewa di sesi Fakultas, sesi Jurusan lebih mengena menurutku. Dalam sesi Jurusan aku masuk ke dalam kelompok Bintang, ada sekitar sepuluh orang maba. Seperti biasa, aku tidak terlalu kenal dekat dengan mereka semua. Namun saat sedang duduk mendengarkan arahan kakak tingkat, ada yang berbisik padaku.
“Hei.”
“Aku?”
“Iya, aku Ramon, kamu?”
“Davina.”

Jumat, 17 November 2017

BFF - Does It Exist? (Bab III - Sahabat Hati)

Boyfriend + BFF
Ketidakpercayaanku pada adanya seorang teman begitu fluktuatif. Bersamaan dengan pertemananku dan Pita, aku pun mendapat seorang teman yang lain. Tidak bersamaan sebenarnya, tapi di saat aku dan Pita mulai tak lagi sedekat biasanya, saat itu aku mulai dekat dengan yang lain. Tapi kali ini, bukan sekedar teman, tapi lebih dari teman.
Sore itu sepulang sekolah ada pesan singkat yang masuk. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Sebagai seorang gadis lugu saat itu, aku membalas ala kadarnya.
“Hei, tadi mampir ke mana dulu? Kok gak langsung masuk ke gang rumahmu?”
“He? Maap ini siapa ya?”
“Anton. Aku dapet nomormu dari Doni.”
“Anton? Anton yang mana ya?”
Keesokan harinya aku mencari yang mengaku bernama Anton di kelas Doni, kelas sebelah. Doni adalah salah satu teman SD ku yang bersekolah di SMP yang sama denganku. Saat Doni tahu aku berada di depan kelasnya, dia langsung berjalan menemuiku.
“Nyari siapa?”
“Anton. Anton temenmu?”
“Dia anak VII B. Dicari di sini gak bakal ketemu.”
“Ooh.”
“Kenapa?”

Kamis, 16 November 2017

BFF - Does It Exist? (Bab II: Hanya Bertemu)

BFF?

“Kalau kasih pengumuman di depan kelas aja, jangan di belakang, biar semua bisa  denger.” Usulku.
“Halah, udah di sini aja.! Kalau mau tahu ya sini.!”
Dengan kesal aku berkata dalam hati, aku benci anak itu, aku tidak suka perangainya. Namanya Pita, iya, meski namanya cantik dan sangat feminim, tapi perilakunya 180° berbeda. Gadis tomboy berambut pendek itu berparas cantik memang, tapi dia kasar, bahkan dia melebihi para pria.
Kami duduk di kelas yang sama saat kelas VII, yaitu VII E. Sebagai siswa baru kami satu kelas beum begitu mengenal satu sama lain. Aku tidak tahu betul bagaimana kepribadiannya, yang jelas, sejak saat itu aku tahu aku tidak menyukainya, tidak akan pernah menyukainya.
Selama satu tahun berada di kelas yang sama aku tidak pernah berusaha dekat dengannya. Kadang memang kami harus satu kelompok, kadang kami sering berjalan bersama saat pulang sekolah karena rumah kami searah, kadang pula aku memaksa diriku untuk ikut bergaul dengan yang lain di mana ada dia, ya, dia popular. Jadi, mau tidak mau kami berinteraksi, tapi aku tak pernah dekat dengannya.
Singkat cerita, setelah kenaikan kelas, seluruh kelas diacak sehingga aku tak tahu aku satu kelas dengan siapa. Hari pertama masuk kelas VIII G aku duduk di bangku tengah-tengah kelas, sendirian. Aku melihat beberapa anak dari kelas lamaku, aku tahu sebagian besar yang lain tapi aku belum mengenal mereka.
Aku tak pernah berusaha mengenal siapapun, aku hanya duduk sampai seseorang yang tak asing memasuki kelasku. Pita, dia masuk ke kelas dengan senyum lebar dan melihat seluruh kelas. Matanya memandang dari kanan ke kiri, seolah mencari sesuatu. Dan akhirnya pandangan matanya jatuh kepadaku. Tidak, jangan-jangan dia mau duduk denganku, kursi sebelahku kosong, duh.
“Davinaaaaa, ya ampun, kita sekelas lagi. Aku duduk di sini ya..”
Belum sampai aku menjawab iya, dia langsung menarik kursi dan duduk di sebelahku. Aku hanya bisa tersenyum, mencoba menjadi seseorang yang baik. Aku tak tahu bagaimana hari-hariku setahun ke depan jika aku harus duduk dengannya.

Selasa, 07 November 2017

Hatifah Putri - Cara Menghilangkan Noda Aspal di Kulit dan Motor (AMPUH ANGET)

Hollaa. Jadi ceritanya abis kena sial, nginjak aspal basah dan alhasil ngecap deh di kaki, motor, lantai. Tapi alhamdulillah bisa diatasi. Tips buat temen-temen buat ngilangin aspal, bisa di kulit, body motor atau mobil, dan lantai. Langsung cuss tonton video ini.


Minggu, 05 November 2017

BFF - Does It Exist? (Bab I: Aliran Kesendirianku)

Bullied
Masa kecil anak yang lahir di tahun 90’an masih erat dengan lapangan, kebun, sungai, sawah, dan tentunya matahari. Begitu menyenangkan jika mengingat bagaimana setiap siang aku, sepupu, dan teman sebayaku selalu mempersiapkan tas yang berbentuk koper masa itu, dan mengisinya dengan berbagai perlengkapan. Kami selalu membawa boneka favorit masing-masing, aku, membawa sebuah boneka Hello Kitty putih dengan baju berwarna merah-hijau. Kusiapkan pula kotak bekal makan dan kuisi dengan biskuit atau snack yang ada di rumah dan sebotol air putih. Tak lupa kain yang kami pakai sebagai alas duduk. Dan salah satu benda yang wajib kubawa adalah selendang tipis milik nenek.
Setiap siang kami selalu sudah mempersiapkan jadwal, mau ke mana kita hari itu. Salah satu destinasi favorit kami adalah sawah di desa kami. Rumah kami berada di sebuah desa di salah satu Kabupaten di Jawa Timur, sudah bukan lagi desa yang suasananya seperti desa, sudah sedikit modern tapi masih menjunjung nilai-nilai kedesaan. Hahaa
Untuk menuju ke sawah, kami menggeledek tas koper kecil kami dari rumah dengan berjalan kaki. Berjalan panas-panasan sekitar lima belas menit sambil bercerita-cerita dan menyanyi-nyanyi di jalan. Sesampainya di sawah, kami akan mencari bagian lahan yang kering dan tidak ditanami, atau kadang kami singgal di lapangan samping sawah itu.
Sesampainya di sana kami buka tas masing-masing, aku menggelar kain alas, mengeluarkan makanan, dan tidak lupa boneka. Lalu kami akan tidur-tiduran sambil menghabiskan biskuit yang kami bawa dan bercerita, atau jika ada warga sekitar yang bermain layangan maka kami akan menikmati layang-layang itu dan kadang mencoba menerbangkan layangan meski hasilnya tak bisa terbang tinggi.
Jika mulai bosan maka kami akan mengemasi barang-barang dan berjalan menuju sungai untuk menyegarkan kaki, iya, hanya keceh karena aku tak bisa berenang dan kami tahu diri bahwa berbahaya jika masuk ke sungai. Jika bosan juga maka kami akan melanjutkan perjalanan, biasanya kami akan mencari pohon talok, kami mengambil buahnya, bahkan kami begitu lihai memanjat pohon-pohon talok tersebut. Aku rasa kami memanjat pohon sampai bisa melihat atap rumah-rumah, dan melihat matahari yang mulai menuju ufuk barat, cahaya-cahaya jingga yang mulai menyemburat mewarnai langit. Saat itulah kami memutuskan untuk pulang.
“Heuh”
Sesampainya di rumah aku merebahkan badan, lelah, tapi tak terasa, begitu menyenangkan. Ingin rasanya aku menikmati masa kecil itu lagi. Aku langsung bersiap mandi dengan air yang sangat dingin.
“Love love Minky momo, cobalah kau dengarkan, love love Minky Momo, yang ada di hatiku.”

Jumat, 03 November 2017

BFF - Does It Exist? (Preface)

From pinterest.com 

Someone you can count on. Someone who cares. Beside you wherever you go.
Gift Of A Friend by Demetria Devonne Lovato
Lagu ini rilis di masa aku masih SMP. It was one of my favorite song ever. Kebanyakan orang suka lagu karena mereka merasa lagu itu “aku banget” katanya, tapi ini bukan alasanku suka lagu ini. Alasanku suka lagu ini justru karena aku rasa lagu ini “bukan aku banget”. Dan dari lagu ini aku selalu mengandai-andai memiliki seorang teman dekat yang sangat dekat dan baik. Yes, mengandai-andai berarti kenyataannya tidak ada. Lagu inilah yang selalu mengingatkanku bahwa aku hidup tidak seperti apa yang ada di lagu tersebut. Mbulet? Sorry.
Sebelumnya, kenalin namaku Davina. Saat ini aku adalah seorang mahasiswa pasca sarjana di salah satu universitas negeri di Jogja. Aku sedikit menganggap diriku sendiri introvert. Kenapa? Karena aku rasa memang aku lebih menyukai sendiri daripada harus berteman dengan orang lain. Mungkin ini semua memang dari apa yang telah aku alami sejak kecil.
Aku adalah seorang gadis pemalu dan penakut untuk bersosialisasi dengan orang lain. Aku agak sulit berteman baik dengan seseorang. Bukan berarti aku ini anak jahat atau anak aneh jadi tidak ada yang mau berteman denganku. Namun aku hanya tidak ingin berteman baik dengan orang lain.

Hatifah Putri - Untuk Pemuda Indonesia

Kali ini dalam rangka Sumpah Pemuda, aku bikin video tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan para pemuda Indonesia.
Iya, pemuda Indonesia masih banyak yang menjadi pecandu alkohol dan obat-obatan, and here I'll give you the tips how to cut your addiction guys.
Semoga bermanfaat.