Halaman

Minggu, 18 Juni 2017

Putri & Pangeran (Bab II: Marmut Merah Jambu)


“Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu, yang berlari di sebuah roda, seolah berjalan jauh, tapi nggak ke mana-mana, nggak tahu kapan berhenti ku jatuh cinta.” – The Nelwans
Lagu marmut merah jambu ost salah satu film Raditya Dika. Jujur, saat menulis lirik lagu di atas, senyum terus menerus tersungging di wajahku. Bukan, bukan karena aku fans Raditya Dika (he’s awesome, but I’m not a fanatic fan of him). Lagu ini juga bukan lagu favorit yang sering aku nyanyikan bersama seseorang yang aku sayang. Tapi memang ada momen tersendiri yang membuatku selalu merasa sumringah. There’s a song that will remind you to a moment in your life. Yupp, entah karena lagu itu sedang pas dengan situasi dan kondisi, atau mungkin ada peristiwa penting saat lagu itu sedang booming, pasti kita akan dibawa pada ingatan suatu masa jika kita mendengarkan suatu lagu. Dan hal yang sama terjadi padaku, apalagi aku ini orangnya sangat baper terhadap lirik lagu, bagiku cerita dalam suatu lirik lebih penting daripada indahnya melodi lagu tersebut.
Oke, setelah Pangeran menghilang secara perlahan, aku tak pernah lagi berpikiran untuk sekedar menyapa melalui chat. Aku selalu berpikir bahwa manusia hidup memang hanya berdasarkan asas kebermanfaatan. Alias mereka tidak akan datang padamu jika tidak menginginkan sesuatu darimu. Mungkin itu aliran yang sedikit jahat. Pasti akan ada banyak dari kalian yang tidak setuju, tapi itu terserah saja, setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda termasuk aku. Jadi, aku adalah golongan orang yang tidak terlalu suka menyapa seseorang melalui pesan secara tiba-tiba dengan hanya ingin mengetahui kabar mereka termasuk Pangeran. Saat itu aku pikir mungkin dia hanya akan menjadi sebuah catatan kecil saja dalam hidupku, tidak ada yang spesial. Namun semua bisa berubah begitu cepatnya, kadang sampai saat ini aku masih begitu heran.
Singkat cerita aku menyudahi hubunganku dengan Raka, tidak perlu lagi kuceritakan bagaimana karena dia benar-benar sudah terkubur bersama masa lalu, jangan buat aku harus lelah menggali hanya untuk bercerita tentang dirinya, karena hanya rasa sakit yang tersisa meski sudah lama (better if you read my first story about him). Suatu malam datang, malam itu adalah titik balik kebangkitanku setelah sakit dan terlunta-lunta. Saat itu, layaknya banyak remaja, kadang jika memang sedang tak ada kegiatan, aku hanya terbaring di atas tempat tidur, menggenggam ponsel dan hanya sekedar memainkan social media. Buka facebook, scroll scroll, tutup, buka twitter, scroll scroll, tutup, begitu membosankan. Namun siapa sangka apa yang akan terjadi setelah kebosanan itu melanda.
Tanpa ada maksud aku mengganti Display Picture BBM ku. Aku memang bukan tipe seseorang yang sering update status dan menggonta-ganti foto. Aku rasa memang DP ku sudah sangat lama tidak aku ganti, sampai pada malam yang begitu membosankan itu aku mengganti DP dengan salah satu foto ketika aku berada di Museum Angkut di Malang, kalian pasti tahu kan. Tidak lama setelah au mengganti foto, tiba-tiba HP bordering. Dan ternyata itu pesan dari Pangeran. What?! Aku bahkan hampir lupa bahwa pernah ada sedikit catatan kecil tentangnya karena terlalu lama kami tak saling menyapa. Tanpa disangka dia kembali muncul. Awalnya dia hanya sedikit mengomentari foto yang baru saja aku pajang.
“Kayak pernah tau.”

Jumat, 16 Juni 2017

Putri & Pangeran (Bab I: "PING!!!")

Sebelumnya,
Hi, aku Syifa. Di sini aku ingin sedikit berbagi pengalamanku tentang cinta. Mungkin sebelumnya aku sudah pernah bercerita tentang pahitnya cinta dengan Raka. Hahaaa. Iya, aku adalah Syifa yang sama dengan kisah “Cinta Monyet Raka dan Syifa” jika kalian pernah tahu, jika belum, maka sebelum membaca kisah ini, kalian wajib membaca kisahku sebelumnya. Bukan bermaksud untuk mengiklankan tulisanku sebelumnya, tapi memang karena kalian akan susah memahami alur ceritaku ini jika kalian tidak tahu masa laluku.
Oke, setelah kalian tahu siapa aku dan bagaimana masa laluku di dunia hati ini, mungkin kalian tahu sekali siapa itu Pangeran. Yupp, di sini akan aku bagi bagaimana awal pertemuan kami hingga kini. Tapi mungkin kalian bertanya-tanya, siapa Putri yang aku pajang namanya di judul tulisan ini? Hahaa, tidak usah menebak-nebak, tentu saja akulah Sang Putri itu. Tolong jangan tertawa. Aku sendiri kebingungan, akan tidak cocok jika aku beri judul “Syifa dan Pangeran”. Lagian, namaku juga mengandung kata Putri kok jika kalian tahu. Jadi, anggap saja sekarang di sini aku berubah nama menjadi Putri. So, buat kalian yang sudah membaca my last story pasti sudah ada sedikit gambaran tentang bagaimana aku dan Pangeran bertemu. Akan aku ulas lebih detail di sini. Sip, let’s start the drama.
Why did I say drama? Yupp, Karen sebenarnya ceritaku ini memang hampir seperti drama, sinetron, film, dan semacamnya. Tapi setelah aku pikir-pikir, sebenarnya bukan kisahku yang seperti sinetron, sesungguhnya sinetron lah yang memang membuat scenario berdasarkan kisah nyata. Ya tentunya mereka tambahkan bumbu-bumbu kealayan, itu yang sebenarnya menyebalkan. Jika kalian pikir kisah orang tua tiri yang jahat, bertemu jodoh secara kebetulan, dan lain sebagainya itu hanya cerita di sinetron, kalian salah. Memang tidak semua seperti itu, tapi percayalah, memang ada yang seperti itu di dunia ini. Salah satunya aku. Hahaaa
Jadi, semua berawal ketika aku masih berada di semester 4 saat aku kuliah jika aku tidak salah. Saat itu tiba-tiba ada beberapa akun BBM yang meng-invite ku secara bersamaan. Dari nama-namanya aku tidak mengenali siapa mereka, tapi sengaja aku terima saja karena aku adalah golongan positivistic, yaitu golongan orang-orang yang berpikir positif, mungkin saja mereka kawan dari kawanku yang butuh bantuan atau keperluan yang lain. Setelah aku terima permintaan BBM mereka, aku hanya membiarkannya saja, karena selain golongan positivistic aku juga golongan masa bodo sak karepmu alias tidak terlalu peduli urusan orang lain. Jadi selama mereka tidak mengirim pesan terlebih dahulu aku tidak akan mengirim pesan dan bertanya-tanya layaknya orang kepo. Ya mungkin hal itu karena sifatku yang tertutup jadi aku tidak terlalu suka aktif, tetapi reaktif.
Aku lebih suka apabila sesuatu tertata rapi, termasuk kontak BBM ku. Aku selalu menempatkan semua kontakku sesuai dengan kategori masing-masing seperti Keluarga, Kawan SD, Kawan SMA, Kawan Kuliah, dan lain sebagainya. Kontak yang tidak ada dalam semua kategori aku tempatkan di kategori Kontak, termasuk mereka-mereka yang tidak aku kenal tadi, semua masih berada di kategori kontak karena memang bahkan aku tidak tahu siapa mereka.
Saat itu aku masih bersama Raka, ya tapi masih dengan tabiatku yang sedikit terbuka alias berani menanggapi para pemuda yang mendekatiku. Prinsipku sih aku akan jujur bahwa aku punya kekasih, urusan setelah itu aku urus belakangan saja, jika memang mereka masih tertarik ya bisa jadi aku pertimbangkan, namun jika mereka mundur aku juga biarkan. Yang jelas aku tidak akan mau jika harus diminta memutuskan Raka.