“Cinta
itu kayak marmut lucu warna merah jambu, yang berlari di sebuah roda, seolah
berjalan jauh, tapi nggak ke mana-mana, nggak tahu kapan berhenti ku jatuh
cinta.” – The Nelwans
Lagu
marmut merah jambu ost salah satu film Raditya Dika. Jujur, saat menulis lirik
lagu di atas, senyum terus menerus tersungging di wajahku. Bukan, bukan karena
aku fans Raditya Dika (he’s awesome, but
I’m not a fanatic fan of him). Lagu ini juga bukan lagu favorit yang sering
aku nyanyikan bersama seseorang yang aku sayang. Tapi memang ada momen
tersendiri yang membuatku selalu merasa sumringah. There’s a song that will remind you to a moment in your life. Yupp,
entah karena lagu itu sedang pas dengan situasi dan kondisi, atau mungkin ada
peristiwa penting saat lagu itu sedang booming, pasti kita akan dibawa pada
ingatan suatu masa jika kita mendengarkan suatu lagu. Dan hal yang sama terjadi
padaku, apalagi aku ini orangnya sangat baper terhadap lirik lagu, bagiku
cerita dalam suatu lirik lebih penting daripada indahnya melodi lagu tersebut.
Oke,
setelah Pangeran menghilang secara perlahan, aku tak pernah lagi berpikiran
untuk sekedar menyapa melalui chat. Aku selalu berpikir bahwa manusia hidup
memang hanya berdasarkan asas kebermanfaatan. Alias mereka tidak akan datang
padamu jika tidak menginginkan sesuatu darimu. Mungkin itu aliran yang sedikit
jahat. Pasti akan ada banyak dari kalian yang tidak setuju, tapi itu terserah
saja, setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda termasuk aku. Jadi, aku
adalah golongan orang yang tidak terlalu suka menyapa seseorang melalui pesan
secara tiba-tiba dengan hanya ingin mengetahui kabar mereka termasuk Pangeran.
Saat itu aku pikir mungkin dia hanya akan menjadi sebuah catatan kecil saja
dalam hidupku, tidak ada yang spesial. Namun semua bisa berubah begitu
cepatnya, kadang sampai saat ini aku masih begitu heran.
Singkat
cerita aku menyudahi hubunganku dengan Raka, tidak perlu lagi kuceritakan
bagaimana karena dia benar-benar sudah terkubur bersama masa lalu, jangan buat
aku harus lelah menggali hanya untuk bercerita tentang dirinya, karena hanya
rasa sakit yang tersisa meski sudah lama (better
if you read my first story about him). Suatu malam datang, malam itu adalah
titik balik kebangkitanku setelah sakit dan terlunta-lunta. Saat itu, layaknya
banyak remaja, kadang jika memang sedang tak ada kegiatan, aku hanya terbaring
di atas tempat tidur, menggenggam ponsel dan hanya sekedar memainkan social
media. Buka facebook, scroll scroll, tutup, buka twitter, scroll scroll, tutup,
begitu membosankan. Namun siapa sangka apa yang akan terjadi setelah kebosanan itu
melanda.
Tanpa
ada maksud aku mengganti Display Picture BBM
ku. Aku memang bukan tipe seseorang yang sering update status dan
menggonta-ganti foto. Aku rasa memang DP ku sudah sangat lama tidak aku ganti,
sampai pada malam yang begitu membosankan itu aku mengganti DP dengan salah
satu foto ketika aku berada di Museum Angkut di Malang, kalian pasti tahu kan.
Tidak lama setelah au mengganti foto, tiba-tiba HP bordering. Dan ternyata itu
pesan dari Pangeran. What?! Aku
bahkan hampir lupa bahwa pernah ada sedikit catatan kecil tentangnya karena
terlalu lama kami tak saling menyapa. Tanpa disangka dia kembali muncul.
Awalnya dia hanya sedikit mengomentari foto yang baru saja aku pajang.
“Kayak
pernah tau.”