Halaman

Minggu, 27 Agustus 2017

Putri & Pangeran (Bab V: Lepaskan Semua)

you__re_the_only_one____by_lunalove2-d49tpp2

Heuh, lega sekali satu permasalahan telah selesai. Aku benar-benar terlepas dari Mamat meskipun hari-hariku akan lebih aneh dengan sikapnya. Tapi ya sudahlah, akan kunikmati itu semua, anggap saja ini memang sebuah panggung sandiwara, dan skenarionya memang sudah diatur. Ya daripada harus diambil pusing justru aku sendiri yang bisa stress.
Tidak hanya urusan dengan Mamat yang menjadi masalah, tidak lupa masih ada satu sosok yang masih menjadi bayang-bayang. Yak, Raka lah orangnya yang ternyata masih saja menggeliat di alur cerita cintaku. Heeeuh, ingin rasanya aku menghela nafas panjang, memang sudah satu judul aku bercerita tentang Raka sebelumnya, tapi ternyata masih ada saja sisa-sisa tetes ceritanya di judul baru kehidupanku ini. Tapi aku tetap berusaha tenang, sebentar lagi pasti semua itu akan habis tak tersisa.
Baiklah, sebelumnya sudah sedikit aku ceritakan bagaimana Raka di awal hubunganku dengan Pangeran, menyedihkan, mungkin saat itu baru aku tahu bahwa Meme di luar sana memang ada benarnya. Jadi begini, kalian tentu tahu bahwa sebelum menjalin hubungan dengan Pangeran, aku yang saat itu masih menjalin komunikasi dengan Raka sempat memberitahunya bahwa aku sedang dekat dengan seseorang, bahkan Raka sempat memintaku untuk mengirim foto Pangeran padanya. Respond nya? Antara biasa dan tak biasa menurutku, sok jaim dan bahkan gengsi untuk mengakui bahwa sebenarnya dia tak terima.
“Menurutmu aku gimana ya?”
“Gimana apanya?”
“Ya sekarang ini, aku deket sama Mamat tapi juga sama yang namanya Pangeran itu.”
“Lha trus kenapa?”
“Ya menurutmu gimana? Sebagai cowok, kira-kira gimana baiknya?”
“Ya kalo aku sih terserah kamu aja nyamannya gimana, sama siapa, aku support aja kok.”
“Iya juga sih, yaudah lah, gak tanya lagi.”
Sepenggal percakapanku dengan Raka via BBM. Tak sedikitpun dia menunjukkan ada rasa cemburu atau gerak gerik masih sayang. Kata-katanya begitu biasa saja layaknya kami memang berteman. Dia seolah begitu mendukungku untuk hubunganku dengan mereka. Memang sedikit naif, saat itu bahkan aku kadang masih merasa jengkel, kenapa dia bisa seperti begitu mengikhlaskanku, apa iya dia sudah benar-benar melupakanku dan rela aku dengan orang lain? Hiiih.!! Sebegitu tidak berharganyakah aku dia bisa benar-benar melepaskanku? Jika memang iya, maka aku pun juga harus benar-benar mengikhlaskannya. Tapi tidak akan mudah mengikhlaskannya jika aku masih sendiri. Hahaa, iya, aku memang mungkin tipe orang yang tak bisa sendiri, karena memang aku belum pernah menjombo sebelumnya. Jadi aku putuskan untuk benar-benar merenungkan kemanakah aku harus melabuhkan hatiku yang sedang hancur ini. Mencoba merenungkan siapa yang bisa memperbaiki dan mengobati pecahan-pecahan hati ini.
Setelah aku mengiyakan ajakan Pangeran untuk berkomitmen, aku tak langsung memberitahu Raka tentang keputusanku itu. Tak lama setelah aku bersama Raka, baru aku langsung meminta keputusan pada Mamat tentang kelanjutan hubungan kami. Setelah Mamat menolak berkomitmen, barulah aku berani mem-publish hubunganku dengan Pangeran, termasuk juga memberitahu Raka bahwa aku sudah tidak sendiri lagi. Jahat ya aku? Seolah menjadikan Pangeran sebagai cadangan dan bahkan bisa saja saat itu dia menjadi tumbalnya jika memang Mamat mau berkomitmen denganku atau Raka masih mau memperjuangkanku. Tapi jalan ceritanya ternyata tidak seperti itu, tidak memojokkan aku sehingga aku tak terlihat terlalu jahat.
“Aku udah jadian sama Pangeran?”
“Haaa? Masa? Kapan?”

“Ada aja. Kepo.!”
“Aku gak percaya, kalo emang iya, coba kamu ganti foto profil BBM mu dengan fotonya.”
Respond yang sedikit aneh dari Raka menurutku. Tanpa berlama-lama aku langsung meminta foto Pangeran untuk aku jadikan foto profil BBM. Sebagai bukti pada Raka sebenarnya, bukan sebagai bukti pada seluruh dunia bahwa aku punya kekasih baru.
“Yang.”
“Iya, kenapa?”
“Minta fotomu. Si Raka nantang, kalo emang kita udah jadian, aku suruh pasang fotomu.”
“Oalah. Yaudah”
Picture received.”
Tak lama setelah foto Pangeran terkirim, aku langsung memasangnya sebagai foto profil BBM ku. Dan respond yang aku dapat dari dia yang katanya ikhlas dan mendukung semua keputusanku itu justru bertolak belakang dari apa yang telah diucapkannya, benar-benar 180° berbeda dari apa yang sempat ia tunjukkan padaku selama ini.
“Jadi, kamu benar-benar sudah bersama Pangeran.?!!!”
“Iya, kan aku udah bilang, sekarang masih gak percaya?”
“Secepat itu kamu dapat yang baru?”
“Lhoh, emang kenapa? Salah?”
“Yakin kamu?!”
“Ya yakin, kamu kenapa sih…??!!”
“Aku gak nyangka kamu setega itu sama aku, secepat itu dapet penggantiku.”
“Lho lho lho, apa-apaan ini.”
Yakk, dia yang sebenarnya sudah keluar. Benar saja apa yang aku pikirkan selama ini,dia memang hanya sok tegar, sok ikhlas, sok mendukung, jaim, dan yang jelas gengsi menunjukkan perasaan sebenarnya. First, I want to tell you guys, please STOP gengsian. Apa sih untungnya gengsi buat diri kalian? Come on guys, kalian pengen jadi yang diperjuangin? Instead of diperjuangin yang ada kalian malah akan ditinggal. Jangan pernah jadiin gengsi sebagai dewa kalian, kalau suka ya ngomong, kalau gak suka ya ngomong, jangan dibalik-balik karena ini bukan hari kebalikan. Heuuh, kenapa aku tiba-tiba jadi lebih emosi dan berapi-api. I’m so sorry, back to the story.
Jadi secara tiba-tiba sikap Raka berubah sangat drastis. Selain risih, aku sebenarnya sangat ingin tertawa, tapi secara bersamaan aku juga sangat marah dengannya. Bagaimana tidak, dengan perubahan drastisnya dia tidak hanya menyimpan amarahnya sendiri tapi juga membiarkan dunia tahu bahwa dirinya sedang hancur.
Pertama, tiba-tiba dia yang sebelumnya bukan tipe orang yang sering update di sosial media tiba-tiba menjadi-jadi layaknya remaja alay. Kebun binatang keluar dari mulutnya, tak sekali dua kali bahkan berkali-kali. Aku tak menakutkan apapun tentangnya, aku bahkan semakin yakin untuk melepaskannya, yang kutakutkan hanya image ku akan terjun bebas karenanya. Bagaimana tidak, teman-temannya adalah teman-temanku, semua pasti akan berpikiran bahwa aku yang jahat. Teman-teman kampusnya pun juga akan menilaiku buruk, karena jelas seorang teman akan lebih membela pihaknya daripada orang lain, karena aku yakin yang diceritakannya tentu hanya dari sudut pandangnya dan bagaimana ia merasa sakit hati, mana mungkin sempat ia menceritakan bagaimana aku sakit selama ini. Ya kan?
“Janc*k..!!”
“As*..!!”
“Ta*k..!!”
“B*j*ng*n..!!”
Kasar? Iya kasar, aku sama sekali tidak menyangka ia bisa mengucapkan kata-kata itu untuk menggambarkanku. Kami memang hidup di Jawa Timur, yang banyak disebut sebagai Jawa kasar, umpatan-umpatan yang kami beri nama pisuhan itu memang sering diucapkan banyak orang dan teman-temanku sebagai sarana agar lebih akrab pula. Tapi bagiku, aku yang terlahir dari keluarga dan lingkungan yang tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor itu tetap saja aku merasa risih. Terlebih Raka menggunakannya sebagai ungkapan kemarahan, bukan yang lain. Tentu saja aku sangat marah.
“Heh, mbok kalo marah ya marah aja ke aku, gak usah pake acara bikin-bikin status kayak gitu. Bentar lagi pasti temen-temenmu dan tentu Ibumu tanya ada apa. Trus mau kamu jawab apa? Mau kamu jawab kalau aku yang salah udah bikin kamu sakit hati? Iya? Kalau gini ceritanya ya aku yang bakal dicap jahat sama semua orang, padahal itu semua kamu juga yang salah. Kamu yang nawarin putus, iya kan? Inget gak? Mbok mikir.! Kamu udah gedhe, jangan kayak anak SMP patah hati..!! Dasar kekanak-kanakan..!!”
Saat itu baru pertama aku benar-benar bisa berkata seperti itu, mungkin bagi sebagian orang teguran macam itu biasa saja, tapi bagiku memang sedikit berat untuk bisa mengkritik orang lain secara langsung, namun aku yang selama ini diam saja meski disakiti perlahan berubah, keadaan yang merubahku.
“Aku gak bisa kaya’ gini, aku selalu kepikiran, aku sampai salah-salah pasang alat dan dimarahi temen-temen karena gak fokus.”
 “Ya yang bener aja kamu..!! Trus pasti mereka tanya kamu kenapa, iya kan?”
“Iya, kok kamu tahu?”
“Trus kamu pasti akhirnya bakal cerita, iya kan?”
“Ya mau gak mau cerita.”
“Dan kamu gak akan mungkin cerita semuanya, dan pasti aku lagi yang kena batunya.”
“Maksudmu?”
“Stop Raka, Stop.!!! Jangan bertindak bodoh.!!!”
“Tapi aku emang bener-bener belum bisa lupa.”
“Terserah..!!! Itu urusanmu..!!! Yang jelas semua tahunya pasti aku yang jahat, AKU.!”
Heeeuuh, rasanya hanya bisa menghela nafas yang panjang. Mungkin aku memang harus ikhlas dicap sebagai yang jahat dan menyakiti, pada akhirnya aku memang tidak akan pernah bisa menjelaskan kepada dunia bagaimana kisahku yang sebenarnya, dan aku juga tidak perlu mengumbar kisah itu, toh aku tidak hidup dengan mereka, jadi biarkanlah.
Di sisi lain tiba-tiba Mamaku menanggapi foto profil BBM yang aku pasang dengan foto Pangeran. Aku lupa bahwa aku belum memperkenalkan Pangeran ke Mama, aku bahkan belum bercerita bahwa aku dan Raka sudah putus kira-kira satu bulan yang lalu.
“Lhoh itu pasang fotonya siapa? Nanti kalau Raka marah gimana nak?”
“Gak kok Ma, aku sama Raka udah putus sekitar satu bulan yang lalu.”
“Lhoh…!!!”
“Itu Pangeran Ma, lagi deket sama aku.”
“Lho lha tapi kamu gakpapa kan?”
“Gakpapa kok Ma, sehat, baik-baik aja.”
“Ya Alhamdulillah kalau gitu.”
“Iya Ma, ya nanti aja kalau pulang aku cerita.”
“Yaudah kalau gitu Nak.”
Sebenarnya saat putus aku tidak baik-baik saja Ma, bahkan aku sakit, sangat sakit hingga fisikku pun ikut sakit, bahkan saat aku sakit Mama lah yang merawatku. Tapi maaf ya Ma, aku tidak ingin membuat Mama khawatir, jadi aku belum bisa menceritakannya hingga keadaanku baik-baik saja lagi seperti sedia kala.
“Mama besok ke Jogja sama temen-temen Mama, ada acara jalan-jalan. Mama bawain jus jambu sama jus buah naga ya, besok diambil ke daerah Condong Catur.”
“Iya Ma.”
“Tempat temen Mama yang waktu itu, kamu masih inget kan?”
“Iya Ma, inget kok.”
“Kalau kejauhan ajak temen lho ya, jangan sendiri, rame jalannya, musim liburan.”
“Iya Ma, gampang.”               
Sepertinya kesempatan memperkenalkan Pangeran dengan Mama. Jadi aku memutuskan untuk memintanya mengantarku menemui Mama besok pagi, dan dia mau karena memang sedang tidak ada kegiatan.
Keesokan harinya kami berdua menemui Mama, tapi karena memang Mama ada acara jadi pertemuan kami tidak lama. Aku hanya memperkenalkan Pangeran secara singkat, dan Mama juga terburu-buru langsung melanjutkan perjalanan. Tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan kesan pertama saat itu. Aman lah. Setelah itu kami pulang dan mampir sebentar ke kost kawan Pangeran. Dan ketika Pangeran meminjam komputer si Kirun (panggilan kawannya), Pangeran membuka akun facebook yang sudah lama tak dibukanya. Kemudian…. Taraaaa…. Ada pesan dari Raka di inbox FB Pangeran. Kurang lebih begini percakapan mereka,
“Oooh ini to yang namanya Pangeran, gebetan barunya Putri. Kayaknya kalian cocok. Aku cuma mau titip Putri mas. Dia orang baik, keluarganya juga keluarga baik-baik. Jangan diapa-apain, jangan dinakalin ya mas. Tolong dijaga baik-baik. Ohiya, jangan ngomong ke Putri ya mas kalau aku chat begini.”
Aku dan Pangeran hanya bisa tertawa.
“Nggih mas, terima kasih.”
“Abis ketemu ibunya ya mas? Saya lihat update nya Putri. Maaf ya mas, gak bermaksud ngatur atau gimana, cuma titip Putri di Jogja tolong dijaga baik-baik ya mas. Makasih ya mas.”
“Iya mas, sama-sama, hehee.”
“Kalau butuh apa-apa, missal pengen tahu sifatnya Putri gimana, chat aja aku mas, gakpapa, aku terbuka aja kok.”
“Iya mas, siap.”
Kami hanya tertawa, aku heran, Raka berani melakukan itu, seolah dia benar-benar tahu aku ini bagaimana. Jika di tahu aku ini bagaimana, dan apa yang akum au, bukankah seharusnya kami masih bersama? Hahaaa. Dan untuk apa dia menawarkan itu pada Pangeran, aku rasa Pangeran bukan tipe orang yang seperti itu. Sepertinya dia lebih menyukai tantangan untuk tahu semua tentangku dariku dan dari pengalaman hubungan kami, bukan dari orang lain. Aku pun juga begitu, aku akan berusaha hanya mempercayai apa katanya, bukan dari siapa-siapa yang ada di sekitarnya.
Sebenarnya aku masih dalam fase euphoria bertemu Pangeran, hari-hari kuhabiskan tertawa bersamanya. Sesekali terkadang kami bertengkar karena hal-hal kecil. Tapi aku rasa Pangeran yang sebenarnya sudah mulai muncul, dua sampai tiga bulan setelah kami berjumpa, dia tidak lagi menyelimutiku setiap waktu dengan hal-hal manis seperti sebelumnya. Yaa, wajar, namanya juga dulu PDKT pasti yang manis-manis saja yang ditunjukkan. Beberapa kebiasaan buruknya mulai muncul, ia yang ternyata terbiasa berkata kasar saat sedang emosi membuatku sangat tak nyaman. Pangeran yang begitu humoris bisa berteriak dan membanting apapun disekitarnya saat marah. Awalnya aku kaget, aku sangat tidak terbiasa dibentak atau dimaki, sempak syok, ditambah lagi aku orang yang tak suka kalah dan selalu menjawab argumennya dengan argumen-argumenku. Jika baginya aku yang salah, maka keputusanku untuk selalu melawan argumennya adalah langkah yang salah besar. Ketika ia mulai berkata kasar dan menendang sesuatu, barulah aku diam dan tak tahan untuk tidak menangis. Dan beberapa kali kami bersitegang, saat aku mulai menangis, barulah Pangeran akan menurunkan emosinya, melihatku dengan rasa penuh iba dan memelukku. Pelukannya hanya membuatku menangis semakin keras, sampai aku terdiam karena ia terus menenangkanku. Di akhir tangisanku, Pangeran selalu melakukan hal konyol yang membuatku tertawa, setelah kami tertawa lagi, maka masalah selesai. Yes, aku begitu bersyukur saat mengetahui bahwa Pangeran adalah tipe orang yang menyelesaikan masalah saat itu juga, tidak seperti Raka dulu.
Berbicara soal Raka, Pangeran sebenarnya mulai geram dan sensitive dengan nama itu. Terlebih lagi dengan masalah Raka yang tak kunjung selesai, itulah yang membuat Pangeran geregetan.
“Kalau gak bisa nyelesaiin sendiri, biar aku aja..!!”
“Gak usah, aku bisa, cuma butuh waktu Yang.”
“Ada ya orang kaya’ gitu. Kalau masih sayang kenapa kalian putus, giliran udah disaut sama yang lain malah geger.”
“Udah Yang, sabar, tunggu aja.”
Setelah aku sempat marah pada Raka tentang tingkah lakunya yang sangat childish itu, aku rasa dia bisa semakin sadar diri. Perlahan dia seperti tenang dengan sendirinya. Tapi ternyata semua tidak berhenti di situ. Raka memang sedang praktik langsung di Rumah Sakit, dan dulu dia sempat berkata bahwa Jogja adalah salah satu tujuan Rumah Sakit tempat di praktik. Memang tempatnya akan jauh dari tempatku, tapi aku takut jika bisa saja kami berjumpa. Benar saja, semua kekhawatiranku terjadi. Kami memang sudah tidak terlalu bersitegang, dan juga tidak sesering dulu berkomunikasi. Tapi suatu sore tiba-tiba ponselku berdering.
“Hey, aku di depan kost mu.”
Aku terkaget, dan saat aku intip dari dalam, benar saja, Raka sudah duduk di kursi depan kost ku. Apa yang dilakukannya di sini?! Duh..!! Apa yang harus aku lakukan?! Aku harus keluar atau tidak? Jika aku menemuinya kira-kira Pangeran akan marah atau tidak ya? Aku rasa aku harus menemuinya, setidaknya aku harus mengatakan padanya bahwa dia tidak bisa menemuiku lagi. Kubuka pintu dan dia menoleh sembari tersenyum, aku tak membalas senyumannya. Dulu biasanya saat bertemu atau berpisah kami selalu ada tradisi salim, aku selalu mencium tanggannya di keningku, tapi saat itu tentu semua sudah tidak seperti dulu, aku hanya menyalaminya biasa.
“Ohiya lupa, udah gak salim kaya’ dulu ya.”
“Hmm.”
“Apa kabar? Kok kamu makin cantik aja.”
“Hmm, baik, kamu? Kamu ngapain di sini?”
“Ya kan aku mulai praktek, tapi jauh, di daerah Jalan Kaliurang atas.”
“Oooh.”
“Ini tadi baru nyampe Jogja, sebelum ke sana aku mampir dulu, pengen ketemu.”
“Haaa? Ngapain?”
“Ya gakpapa, kangen aja.”
“Hish, pacar orang ya ini.”
“Heheee, iya sih. Makan yokk, di Burjo belakang biasanya kita makan.”
“Udah makan.”
“Ya udah temeni aku aja. Bentar doang.”
Bodoh, aku benar-benar bodoh saat itu, aku mengiyakan ajakannya. Aku pikir aku yakan karena aku belum sempat mengutarakan apa yang ingin aku utarakan. Jadi akhirnya kami pergi ke Burjo langganan kami. (Bagi kalian yang tidak tahu apa itu Burjo, Burjo adalah singkatan dari Bubur Kacang Ijo, warung makan yang menjual Bubur Kacang Ijo dan makanan berat lain yang biasa dimiliki oleh orang Sunda)
“Yang, di mana? Gak ke sini?”
“Lagi di Burjo Yang.”
“Sama siapa?”
“Raka Yang, dia baru dateng ke Jogja tiba-tiba tadi di depan kost trus ngajak ke Burjo.”
“Ooh.”
Yak, aku tahu Pangeran pasti sedang sangat murka. Aku langsung meminta Raka untuk menyudahi pertemuan ini sebelum semua semakin parah. Namun aku bingung, aku ingin langsung menemui Pangeran, tapi motorku sedang berada di tempat Pangeran. Sayangnya dulu belum ada Ojek On Line, mau tidak mau aku minta tolong Raka untuk mengantarku ke tempat Pangeran. Bodoh memang, sangat bodoh, tapi saat itu yang ada di pikiranku hanya aku ingin bertemu Pangeran.
Sesampainya di kost Pangeran aku membuka kamarnya, dia terlihat terdiam memegang gitar sembari tiduran di lantai dengan guling sebagai alas kepalanya. Melihatku datang dia hanya melirikku dan terdiam.
“Yang.”
Panggilanku tak digubrisnya, aku pun bingung apa yang harus kulakukan. Aku hanya terduduk di sampingnya, dan dia langsung memalingkan wajah dan memiringkan tubuhnya membelakangiku. Aku tahu dia pasti sangat marah, hubungan kami masih sangat baru, dan semua tentang mantan pasti akan sangat sensitive. Kucoba memegang tangannya tapi dia menolak usahaku.
“Ke sini sama siapa?”
“Dianter Raka.”
Seketika ia melempar gitar yang dipegangnya. Aku sangat kaget dan kaku, aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan. Terpaku di pojok kamar aku begitu takut melihatnya hanya terdiam penuh amarah. Tak sepatah katapun ia ucapkan, wajahnya terlihat memancarkan rasa kecewa yang begitu dalam. Seraya terpaku aku begitu menyesali tindakan bodohku, aku tak sampai berpikir bahwa hal sepele itu akan membuatnya marah. Iya, sepele memang menurutku, tapi setelah aku pikir-pikir lagi, aku pun akan marah jika Pangeran bertemu dengan mantannya.
Kucoba memegang tangannya, tapi dia menolaknya. Ia langsung memalingkan tubuhnya dariku. Aku melihat tidak hanya rasa kecewa dan amarah, tapi sepertinya ia juga takut, takut jika aku bisa saja kembali pada Raka yang memang sudah bersamaku sekitar tujuh tahun terakhir. Kucoba memeluknya dari belakang dengan perlahan, dia hampir memberontak, ia gerak-gerakkan tubuhnya pertanda tak ingin dipeluk. Namun kupaksakan saja, aku tahu emosi yang bergejolak sebesar apapun akan redam dengan pelukan hangat penuh kasih. Kupaksa dia untuk kupeluk, kupegang erat agar ia tidak lolos dari pelukanku, dan kubisikkan sesuatu,
“Maaf yang, maaf, aku bodoh, aku salah. Aku mencintaimu.”
Tubuhnya yang semula berontak perlahan melemah, mungkin ia mulai lelah untuk marah. Kuhadapkan tubuhnya berhadap-hadapan denganku agar aku bisa memandangnya. Wajah penuh rasa kecewa dan amarah itu kini berangsur-angsur berubah, yang tampak adalah rasa sedih, takut, dengan mata berkaca-kaca.
*Tes….(Ia mengeluarkan air mata)
Aku begitu kaget melihatnya meneteskan air mata, air mata pertama yang kulihat darinya. Aku benar-benar kaget, ada apa ini? Pria ini, kami bahkan belum begitu lama menjalin kasih, tapi ia bisa mengeluarkan air mata untukku. Bagi kami para wanita, menangis adalah hal yang sangat mudah, tapi aku tahu bagi pria itu bukanlah hal yang mudah. Hei para perempuan, jika kau lihat lelakimu menangis untukmu, pertahankanlah, air mata itu adalah bentuk ketulusannya padamu. Aku yang saat itu kaget dan bingung, mencoba menyelami hati Pangeran, karena ia hanya terdiam, menunduk, dan berusaha menahan laju air matanya.
Tak tahu lagi apa yang harus kulakukan, aku hanya bisa memeluknya kembali. Ku elus-elus punggungnya, aku hanya mencoba menenangkan hatinya. Entah berapa lama kami berpelukan dalam diam. Aku mulai lelah harus terus diam. Setelah beberapa lama, di tengah-tengah pelukan, aku hanya membisikkan beberapa kata-kata ringan, berharap Pangeran bisa tenang.
“Yang, maaf. Gak akan aku ulangi lagi.”
Tak menjawab, Pangeran hanya terdiam.
“Janji yang. Maafin aku.”
Aku pikir aku berbuat salah, dan sudah seharusnya aku meminta maaf, aku pikir kata maaf akan meluluhkan hatinya, ternyata tidak. Pangeran terus terdiam. Aku berpikir begitu lama, berpikir apa yang harus aku katakana untuk membuatnya tenang dan memaafkanku. Kucoba dengan kalimat lain. Aku rasa ia menyembunyikan sedikit rasa takut, dan aku berkata,
“Jangan takut yang, aku gak akan pergi, aku gak akan tergoda macem-macem meskipun itu Raka. ”
Benar saja, ternyata sumber diamnya Pangeran adalah rasa takutnya, ia langsung menjawabku dengan lirih.
“Aku takut kamu suka lagi sama dia. Aku gak ada apa-apanya dibanding dia.”
Akhirnya Pangeran menjawabku juga. Memang pria sepertinya tak berbeda jauh dengan perempuan, ketika berbicara tentang hati, mereka hanya terdiam dan ingin dimengerti.
“Huuush, mboten pareng ngomong ngono. Kalau kamu gak ada apa-apanya dibanding dia, ngapain aku putus sama dia dan mau sama kamu. Tenang yang, jangan takut, aku gak akan tertarik lagi sama Raka kok, gak akan.”
“Bener? Janji?”
“Iya sayaang. Senyum sek to.”
Berjam-jam adegan film bisu itu kami akhiri dengan senyuman dan pelukan hangat. Aaaahhh, aku suka bagian ketika kami saling memeluk dan tersenyum setelah sebuah pertengkaran terjadi, rasanya seperti lebih hangat dan lebih manis dari biasanya. Hahaa
Dengan kejadian itu tentu semua hal tentang Raka sudah diambil alih oleh Pangeran, karena dia menganggapku sudah tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Baiklah, tak apa, sejauh itu membuatnya bahagia. Dan benar saja, suatu malam saat aku sedang bersama Pangeran, Raka tiba-tiba mengirimiku pesan.
“Put, jam segini studio foto di mana ya?”
Pangeran hanya melihatku dan menunggu bagaimana aku membalas pesan itu.
“Gak tau. Daerah jakal situ kan pasti ada.”
“Tepate di mana?”
Pangeran mulai sinis melihatku,
“Tu anak udah gedhe tapi soal gitu aja tanya, suruh cari sendiri.! Modus pasti dia.!”
Oo…oouw. Pangeran mulai marah, dan aku meneruskan percakapanku dengan Raka.
“Gak tahu, itu di KM 5 kayaknya ada.”
“Kalau yang sewa jas di mana ya?”
“Gak tahu aku tu.”
“Ya udah kasih tahu studio fotonya aja, anterin ya.”
Yakkk, benar ucapan Pangeran, si Raka hanya basa basi untuk modus sepertinya. Langsung Pangeran meminta ponselku secara paksa dan membalas pesan dari Raka.
“Mas, bisa gak sih gak usah ganggu-ganggu Putri lagi. Dia udah jadi pacar orang lho mas.”
“Eh, malah pacarnya yang bales. Ya sorry lho mas, aku cuma minta bantuan. Aku baru di Jogja.”
“Coba gimana mas perasaanmu kalau pacarmu masih aja diganggu sama mantannya.”
“Ya gak tau, kan aku belum pernah ngalami.”
Oh Noooo. Itu jawaban terbodoh yang pernah aku tahu. Akhirnya kami putuskan untuk menyudahi percakapan itu, karena kami rasa Raka tak selevel dengan kami, pola pikirnya begitu aneh dan masih cenderung kekanak-kanakan. Raka terlihat seperti tak punya empati sama sekali, Pangeran sedikit terkejut, bagaimana bisa aku dulu bersama dengan orang dengan pemikiran semacam ini, percuma terus menanggapinya. Hanya buang-buang waktu dan energi saja. Tapi Pangeran ku rasa masih baik tetap membiarkan kontak Raka ada di ponselku begitu saja.
Beberapa waktu berlalu, Raka masih di kotaku. Seringkali dia marah jika aku iseng update tempat aku berada di media sosial.
”Biar apa? Biar disamperin?”
Dan langsung aku hapus status-statusku. Aku rasa dia sangat sensi, masih takut jika Raka bisa berbuat hal-hal aneh yang mengganggu hubungan kami. Jadi aku menurutinya saja.
Pernah sekali aku tak sengaja bertemu Raka di suatu tempat makan. Saat itu aku sedang bersama teman-temanku, dan aku melihat Raka sudah meninggalkan tempat itu, langsung aku memalingkan mukaku dan berharap ia tak tahu aku berada di situ juga. Tapi ternyata aku salah, dia masih saja tahu dan mengenaliku, ditambah tiba-tiba dia kembali dan mendatangi mejaku dan teman-temanku.
“Hei, Putri. Kebetulan di sini.”
“Hahaa, iya.”
“Mana Pangeran?”
“Gak ikut.”
Aku rasa jawabanku saat itu cukup ketus, aku berharap ia cepat pergi. Dan benar saja, dia menyapa teman-temanku yang lain karena memang mereka sudah saling mengenal. Setelah saling menyapa dia langsung pamit pergi. Kepergiannya diiringi sorak sorai cia cie dari teman-temanku. Hmmmm. Tapi aku tak menceritakan pada Pangeran sampai detik ini aku pernah bertemu lagi tanpa sengaja dengan Raka, bisa perang dunia ke-3 jika Pangeran tahu. Menurutku, yang penting aku tidak melakukan apa-apa.
Hari berganti, Raka sudah tak di sini, dan aku masih bersama Pangeran. Yak, dengan kontak Raka yang masih tenang ada di ponselku, beberapa waktu kemudian tiba-tiba Raka mengirim pesan BBM padaku. Ternyata dia ingin curhat, bahwa dia sedang dekat dengan seorang gadis, yang ia kenal dari teman akrabnya dulu saat masih SMP. Aku tak ingin terlalu menanggapi, jadi responku ya seadanya.
“Ya terserah, kalo kamu suka ya monggo.”
“Tapi aku belum lama kenalnya.”
“Ya kenalan. Terserah kamu lah.”
“Apa ini ya rasa yang kamu rasakan, suka meski belum lama kenal.”
(Hmmm, karma kali ya, dulu kata-katanya yang memojokkanku sedemikian rupa seolah aku ini wanita gampangan yang begitu mudah lupa dan jatuh cinta lagi, sekarang dia pun merasakannya sendiri.)
Beberapa waktu berlalu, aku merasa semua mulai tenang. Aku mulai melihat update Raka di berbagai media sosial dengan perempuannya yang baru itu. Oooh, jadi mereka sudah go public ya, syukurlah jika demikian. Aku pun kadang hanya tertawa melihat terlalu seringnya mereka meng-update foto berdua, memang mungkin sedang kasmaran dan memperlihatkan pada dunia, tapi aku pikir itu terlalu berlebihan di usia kami yang sudah beranjak dewasa. Aku yang memang tidak merasa ada masalah, memang kebiasaanku mengetuk dua kali alias menge-like setiap foto yang ada di berandaku, begitu juga foto Raka. Mungkin itu menjadi pemicu rasa cemburu kekasih barunya. Tiba-tiba akun instagramku di unfollow, tak berapa lama kemudian akunnya di private. Keesokan harinya aku baru sadar bahwa kontak BBM ku pun telah dihapus olehnya. Hahahaa, aku jadi ingin tertawa keras.
Kita tidak akan pernah tahu bahwa suatu saat kita bisa membutuhkan seseorang, aku pikir sangat tidak bijak jika kita memutus tali silaturahim dengan seseorang, mantan sekalipun. Tapi baiklah jika memang ini yang diinginkan, akan aku iyakan, dan akan aku permudah dia melakukannya. Langsung saja kubuka semua media sosialku, ada beberapa yang belum terputus koneksi dengan akunnya, dan langsung saja aku putuskan. Melihat hal itu, Pangeran pun memintaku untuk mengubah pengaturan Instagram ku menjadi private pula. Ditambah lagi aku sengaja berganti nomor telepon juga, karena bertahun-tahun menggunakan nomor itu pasti dia juga masih hafal meski sudah menghapusnya, GR sekali aku. Hahahaa
Fix, aku tidak lagi memiliki ikatan dengan siapa pun saat ini kecuali Pangeran. Semoga perjalanan kami dimudahkan. Meski tidak akan ada hubungan yang berjalan begitu mudah krikil-krikil bahkan batu dan rintangan yang menghalangi.

Aaaamiiiin… 

#ToBeContinued
#Gambar di atas bukan milik penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar