Halaman

Selasa, 05 Desember 2017

BFF - Does It Exist? (Bab VIII - Siapa dan Apa)

?

Pagi ini aku mengikuti kuliah dengan mata kuliah filsafat. Aku tak begitu suka dan tak begitu paham bagaimana jalan pikiran para filsuf itu, mengapa mereka memperdebatkan apa yang disebut “Ada” dan tentang konsep “Kebenaran”? Namun pagi ini tiba-tiba mengingatkanku atas apa yang aku alami selama ini.
Dalam aliran filsafat Pragmatisme bahwa “Sesuatu dianggap benar apabila bermanfaat” maka aku rasa manusia jaman sekarang lebih cenderung mengikuti aliran ini, termasuk dalam hubungannya dengan kehidupan sosial. Sontak sesuatu langsung terbesit dalam pikiranku. Dari beberapa cerita di atas, semua seolah mendukung aliran ini.

Entahlah, aku bukan seorang mahasiswa filsafat, bukan pula yang tertarik mendalaminya. Aku hanya teringat akan kisah pertemananku atau persahabatanku saat aku mendengar kalimat itu. Mereka yang pernah datang seolah memang datang untuk mengambil manfaat untuk diri mereka sendiri, entah apapun itu bentuk manfaatnya.
Jahat sekali aku jika berpikir seseorang akan berteman dengan orang lain jika memang itu bermanfaat untuk mereka, jika dirasa tidak memberi manfaat mereka akan pergi, dan jika mereka membutuhkan sesuatu lagi mereka akan datang lagi. Tapi aku rasa individu-individu saat ini memang banyak mewarnai diri mereka dengan pemikiran itu.
Teman, sahabat, keluarga, bahkan pasangan, semua adalah hubungan yang sebenarnya didasari atas cinta. Salah seorang filsuf Postmodern bernama Jacques Derrida berbicara tentang “Cinta”. Cinta bisa dipisahkan menjadi dua hal yaitu “Siapa” dan “Apa”. Maksudnya, apakah kau mencintai seseorang atau mencintai sesuatu? Ya, mendengar kalimat ini aku langsung teringat pula dengan kisahku selama ini.
Awalnya aku bingung, tentu saja kita mencintai seseorang karena konteksnya adalah manusia. Tapi ternyata bukan semata-mata itu maksudnya. Pertanyaan untuk “siapa” adalah, apakah engkau mencintai seseorang sebagai suatu kesatuan utuh atas seseorang itu? Sedangkan pertanyaan untuk “apa” adalah, apakah engkau mencintai seseorang karena apa yang ada padanya?
 Jika kita mencintai “siapa”, maka apapun yang ada atau akan terjadi tidak akan dengan mudah bisa membuat cinta kita hilang dari seseorang itu. Dan apabila kita mencintai “apa”, maka jika sesuatu hal yang kita suka itu, entah sikap, intelligent, atau penampilan dari seseorang itu yang kita harapkan ada padanya ternyata tidak ada atau telah hilang, maka cinta kita pun bisa ikut hilang.
Oooh, jadi, mungkinkah ternyata selama ini mereka mencintai “apa” dariku, bukan mencintai “siapa” dariku. Aku selalu ingin mencintai seseorang baik teman, sahabat, keluarga, bahkan kekasih atas “siapa”, namun mengapa aku selama ini banyak dibalas dengan sebaliknya? Namun aku selalu mencoba percaya bahwa pasti ada sesuatu yang baik dalam setiap hal bahkan yang terlihat seperti sebuah ketidakbaikan.
Kadang aku berpikir, apa maksud dari semua ini? Hingga saat ini aku mempertanyakan adanya ketulusan. Aku masih mencari dalam hidup ini, masih adakah orang yang tulus di bumi ini, seperti apa bentuk ketulusan itu, apakah memang yang dinamakan ketulusan itu ada?
Hahaa

Maaf. Kali ini aku membuat kalian membaca tentang kebingunganku. Dalam bab ini tidak ada cerita tentang siapapun. Aku hanya ingin berbagi tentang apa yang membuatku semakin bertanya-tanya. Mungkin saja kalian ingin mencoba mempertanyakan hal yang sama pada diri kalian. Atau mungkin kalian ingin mencoba memberiku titik terang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar