CHANGE |
“Mbok
tolong kamu tu ngerti keadaanku..!”
“Aku
terus aku terus. Kamunya kapan?”
“Kalau
aku punya keinginan ya pokoknya harus terpenuhi..!”
“Aku
terus yang usaha buat memahami, tapi kamunya sendiri gak pernah ada usaha buat
berubah. Apa-apaan ini…?!!”
Iya,
kurang lebih penggalan kalimat itulah yang sering aku lontarkan. Mungkin semua
orang akan melontarkan kalimat-kalimat seperti itu jika mereka telah merasa
lelah dan MERASA bahwa tak ada usaha perubahan yang dilakukan pasangannya.
Begitu juga denganku yang pernah berada pada fase lelah menjadi orang yang
terus berusaha.
Namun
semua mulai berubah ketika aku iseng mengisi waktu dengan membaca beberapa
artikel dari internet. Aku tak terlalu mengingat apa judulnya, siapa
pengarangnya, dan bagaimana kalimatnya. Yang aku ingat dari intisari artikel
itu adalah bahwa,
“Seseorang bisa saja terlihat tak berusaha untuk
berubah sama sekali di matamu.
Namun sejatinya ia telah berusaha mati-matian untuk
berubah.
Sudut pandang kalian lah yang berbeda.”
Dari
situlah aku merasa tertampar dengan perilaku dan ucapanku selama ini. Ya, aku
merasa begitu jahat tak menghargai usahanya selama ini.
Setiap
orang pasti memiliki kriteria hidup masing-masing. Aku dengan kehidupan
normalku ini tak bisa disamakan dengan Pangeran yang pernah mengalami berbagai
hal dalam hidupnya. Aku menganggap untuk menjadi baik, berperilaku baik,
mengontrol emosi, dan lain sebagainya yang aku tuntut dari Pangeran seharusnya
lebih mudah dan cepat ia lakukan. Aku selalu menuntutnya untuk berubah menjadi
pribadi yang lebih baik. Tujuanku selama ini ya demi kebaikan Pangeran semata,
bukan untukku atau untuk membahagiakan siapapun, tapi demi kebaikannya. Iya,
aku rasa tujuanku sudah tepat, tapi ternyata pressure yang kuberikan pada Pangeran justru salah kaprah.
Aku
menginginkannya untuk berubah tapi aku tak pernah berpikir tentang kemampuannya
berubah. Mungkin ini juga bisa menjadi pelajaran bagi siapapun, bahwa setiap
individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal apapun dibandingkan dengan
orang lain. Jadi jangan pernah kita membanding-bandingkan siapapun dengan siapapun
di dunia ini.
Kemudian
aku mulai berpikir dan flashback bagaimana
kondisi kami di awal-awal Pangeran mulai menampakkan taringnya hingga kini.
Iya, ternyata setelah aku rasakan ternyata memang ada perubahan yang cukup
besar jika aku melihat dari sudut pandang Pangeran, bukan semata-mata dari
sudut pandangku saja.
Ekspektasiku,
seseorang seharusnya rajin kuliah, dan tidak terlambat. Saat ini, masih hampir
setiap kuliah Pangeran terlambat. Jika dilihat dari ekspektasiku maka belum
terpenuhi, titik, hingga aku hanya bisa marah dan mengomel dia tak pernah
berubah. Tapi jika aku melihat dari sudut pandang Pangeran, semua begitu
berbeda.
Contoh
saja, dulu Pangeran begitu pemalas, ia
lebih suka Titip Absen (TA) jika mata kuliah itu ada di jam pagi yang
membuatnya tak ingin bangun. Kemudian, ia mulai berubah, jika tertera jadwal
masuk 08.00, maka ia baru akan berangkat pukul 09.00. Berangsur-angsur memang
berubah, jika jadwal 08.00 maka 08.30 dia siap berangkat. Sekarang ini, bahkan
jika ada jadwal 07.30 maka jam 07.30 itulah dia berangkat. Memang tetap akan
datang terlambat, tapi perubahan itu memang benar adanya, perubahan itu begitu
nyata jika aku melihat dari sisi Pangeran.
“Mbak,
Pangeran kamu apakan?”
“Hee?
Maksudnya?”
“Dulu,
kalau tidak ada yang bisa membangunkannya dari tidur, bahkan ibunya sendiri pun
tak bisa. Dia bangun hanya jika dia mau. Tapi aku kaget, aku menginap di
tempatnya, aku dengar ponselnya berdering. Dering pertama dia mengabaikannya,
dering kedua dia mengangkatnya dan ia langsung berdiri dan pergi mandi. Itu
sesuatu hal yang sangat aneh bagiku. Kami sejak kecil tumbuh besar bersama, tak
pernah aku tahu dia bisa begitu.”
“Hehee.
Alhamdulillah.”
Kalimat
itu dilontarkan sahabat kecil Pangeran padaku saat kami bertemu. Dari situ aku
semakin yakin bahwa memang Pangeran telah berusaha begitu keras. Usahanya untuk
berubah begitu nyata. Tak lagi aku merasa sangat gagal untuk membantunya
berubah menjadi lebih baik. Ternyata aku bisa, ternyata dia bisa, ternyata kami
bisa, kami hanya perlu waktu untuk mencapai semuanya.
Ada
banyak ekspektasiku yang aku tuntut pada Pangeran, meski belum ada yang
benar-benar tercapai sesuai harapanku, setidaknya Pangeran mau. Iya, bersamaku
Pangeran mau, dia memiliki keinginan dan motivasi dari dalam dirinya untuk
berubah. Dia mempercayakan hidupnya menjadi lebih baik bersamaku.
Aku
hanya perlu sabar, memperpanjang masa sabarku sampai waktu yang tak bisa
ditentukan. Kucoba untuk mulai mengapresiasi dan menghargai segala jerih payah
yang telah ia lakukan selama ini, dan terus kudorong untuk terus berjalan
menjadi lebih baik. Orang seperti Pangeran hanya butuh untuk dihargai usahanya,
diberi semangat dan dukungan, serta tak lupa kasih sayang untuknya yang tak
boleh terputus.
Sekarang
aku tahu, yang instan memang tak baik untuk kesehatan. Bisa saja suatu waktu
seseorang berubah, namun karena kaget dan tak terbiasa bisa saja perubahan itu
hanya sementara dan bahkan bisa menjadi berbalik lagi dan menjadi lebih parah.
Semua butuh waktu, entah itu cepat atau lambat, yang jelas akan ada masanya.
Dan cinta begitu indah memang, dengan cinta yang putih bisa menjadi hitam,
namun jangan lupa bahwa dengan cinta pula yang hitam bisa menjadi putih.
Dan
aku telah belajar bahwa all that matter
is not the result – but the process. Iya, tak ada yang benar-benar instan
di dunia ini, bahkan mie instan pun harus dimasak agar bisa dinikmati. Jadi,
yang terpenting adalah selalu ada progres perubahan meski itu sedikit demi
sedikit dan pelan-pelan. Aku percaya Tuhan tidak akan pernah menyianyiakan
hamba-Nya yang terus berusaha.
Putri
mungkin memang diciptakan untuk Sang Pangeran, bagaimanapun keadaan kerajaan
itu. Terus bersama dan mendampingi, hingga mereka menjadi Raja dan Ratu nanti.
Pangeran, I Love You……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar