you__re_the_only_one____by_lunalove2-d49tpp2 |
Heuh,
lega sekali satu permasalahan telah selesai. Aku benar-benar terlepas dari
Mamat meskipun hari-hariku akan lebih aneh dengan sikapnya. Tapi ya sudahlah,
akan kunikmati itu semua, anggap saja ini memang sebuah panggung sandiwara, dan
skenarionya memang sudah diatur. Ya daripada harus diambil pusing justru aku
sendiri yang bisa stress.
Tidak
hanya urusan dengan Mamat yang menjadi masalah, tidak lupa masih ada satu sosok
yang masih menjadi bayang-bayang. Yak, Raka lah orangnya yang ternyata masih
saja menggeliat di alur cerita cintaku. Heeeuh, ingin rasanya aku menghela
nafas panjang, memang sudah satu judul aku bercerita tentang Raka sebelumnya, tapi
ternyata masih ada saja sisa-sisa tetes ceritanya di judul baru kehidupanku
ini. Tapi aku tetap berusaha tenang, sebentar lagi pasti semua itu akan habis
tak tersisa.
Baiklah,
sebelumnya sudah sedikit aku ceritakan bagaimana Raka di awal hubunganku dengan
Pangeran, menyedihkan, mungkin saat itu baru aku tahu bahwa Meme di luar sana memang ada benarnya.
Jadi begini, kalian tentu tahu bahwa sebelum menjalin hubungan dengan Pangeran,
aku yang saat itu masih menjalin komunikasi dengan Raka sempat memberitahunya
bahwa aku sedang dekat dengan seseorang, bahkan Raka sempat memintaku untuk
mengirim foto Pangeran padanya. Respond nya?
Antara biasa dan tak biasa menurutku, sok jaim dan bahkan gengsi untuk mengakui
bahwa sebenarnya dia tak terima.
“Menurutmu
aku gimana ya?”
“Gimana
apanya?”
“Ya
sekarang ini, aku deket sama Mamat tapi juga sama yang namanya Pangeran itu.”
“Lha
trus kenapa?”
“Ya
menurutmu gimana? Sebagai cowok, kira-kira gimana baiknya?”
“Ya
kalo aku sih terserah kamu aja nyamannya gimana, sama siapa, aku support aja kok.”
“Iya
juga sih, yaudah lah, gak tanya lagi.”
Sepenggal
percakapanku dengan Raka via BBM. Tak sedikitpun dia menunjukkan ada rasa
cemburu atau gerak gerik masih sayang. Kata-katanya begitu biasa saja layaknya
kami memang berteman. Dia seolah begitu mendukungku untuk hubunganku dengan
mereka. Memang sedikit naif, saat itu bahkan aku kadang masih merasa jengkel,
kenapa dia bisa seperti begitu mengikhlaskanku, apa iya dia sudah benar-benar
melupakanku dan rela aku dengan orang lain? Hiiih.!! Sebegitu tidak
berharganyakah aku dia bisa benar-benar melepaskanku? Jika memang iya, maka aku
pun juga harus benar-benar mengikhlaskannya. Tapi tidak akan mudah
mengikhlaskannya jika aku masih sendiri. Hahaa, iya, aku memang mungkin tipe
orang yang tak bisa sendiri, karena memang aku belum pernah menjombo
sebelumnya. Jadi aku putuskan untuk benar-benar merenungkan kemanakah aku harus
melabuhkan hatiku yang sedang hancur ini. Mencoba merenungkan siapa yang bisa
memperbaiki dan mengobati pecahan-pecahan hati ini.
Setelah
aku mengiyakan ajakan Pangeran untuk berkomitmen, aku tak langsung memberitahu
Raka tentang keputusanku itu. Tak lama setelah aku bersama Raka, baru aku
langsung meminta keputusan pada Mamat tentang kelanjutan hubungan kami. Setelah
Mamat menolak berkomitmen, barulah aku berani mem-publish hubunganku dengan Pangeran, termasuk juga memberitahu Raka
bahwa aku sudah tidak sendiri lagi. Jahat ya aku? Seolah menjadikan Pangeran
sebagai cadangan dan bahkan bisa saja saat itu dia menjadi tumbalnya jika
memang Mamat mau berkomitmen denganku atau Raka masih mau memperjuangkanku.
Tapi jalan ceritanya ternyata tidak seperti itu, tidak memojokkan aku sehingga
aku tak terlihat terlalu jahat.
“Aku
udah jadian sama Pangeran?”
“Haaa?
Masa? Kapan?”
“Ada
aja. Kepo.!”
“Aku
gak percaya, kalo emang iya, coba kamu ganti foto profil BBM mu dengan
fotonya.”
Respond yang
sedikit aneh dari Raka menurutku. Tanpa berlama-lama aku langsung meminta foto
Pangeran untuk aku jadikan foto profil BBM. Sebagai bukti pada Raka sebenarnya,
bukan sebagai bukti pada seluruh dunia bahwa aku punya kekasih baru.
“Yang.”
“Iya,
kenapa?”
“Minta
fotomu. Si Raka nantang, kalo emang kita udah jadian, aku suruh pasang fotomu.”
“Oalah.
Yaudah”
“Picture received.”
Tak
lama setelah foto Pangeran terkirim, aku langsung memasangnya sebagai foto
profil BBM ku. Dan respond yang aku
dapat dari dia yang katanya ikhlas dan mendukung semua keputusanku itu justru
bertolak belakang dari apa yang telah diucapkannya, benar-benar 180° berbeda
dari apa yang sempat ia tunjukkan padaku selama ini.
“Jadi,
kamu benar-benar sudah bersama Pangeran.?!!!”
“Iya,
kan aku udah bilang, sekarang masih gak percaya?”
“Secepat
itu kamu dapat yang baru?”
“Lhoh,
emang kenapa? Salah?”
“Yakin
kamu?!”
“Ya
yakin, kamu kenapa sih…??!!”
“Aku
gak nyangka kamu setega itu sama aku, secepat itu dapet penggantiku.”
“Lho
lho lho, apa-apaan ini.”
Yakk,
dia yang sebenarnya sudah keluar. Benar saja apa yang aku pikirkan selama
ini,dia memang hanya sok tegar, sok ikhlas, sok mendukung, jaim, dan yang jelas
gengsi menunjukkan perasaan sebenarnya. First,
I want to tell you guys, please STOP gengsian. Apa sih untungnya gengsi
buat diri kalian? Come on guys, kalian
pengen jadi yang diperjuangin? Instead of
diperjuangin yang ada kalian malah akan ditinggal. Jangan pernah jadiin
gengsi sebagai dewa kalian, kalau suka ya ngomong, kalau gak suka ya ngomong,
jangan dibalik-balik karena ini bukan hari kebalikan. Heuuh, kenapa aku
tiba-tiba jadi lebih emosi dan berapi-api. I’m
so sorry, back to the story.
Jadi
secara tiba-tiba sikap Raka berubah sangat drastis. Selain risih, aku
sebenarnya sangat ingin tertawa, tapi secara bersamaan aku juga sangat marah
dengannya. Bagaimana tidak, dengan perubahan drastisnya dia tidak hanya
menyimpan amarahnya sendiri tapi juga membiarkan dunia tahu bahwa dirinya
sedang hancur.
Pertama,
tiba-tiba dia yang sebelumnya bukan tipe orang yang sering update di sosial media tiba-tiba menjadi-jadi layaknya remaja alay.
Kebun binatang keluar dari mulutnya, tak sekali dua kali bahkan berkali-kali.
Aku tak menakutkan apapun tentangnya, aku bahkan semakin yakin untuk
melepaskannya, yang kutakutkan hanya image
ku akan terjun bebas karenanya. Bagaimana tidak, teman-temannya adalah
teman-temanku, semua pasti akan berpikiran bahwa aku yang jahat. Teman-teman
kampusnya pun juga akan menilaiku buruk, karena jelas seorang teman akan lebih
membela pihaknya daripada orang lain, karena aku yakin yang diceritakannya
tentu hanya dari sudut pandangnya dan bagaimana ia merasa sakit hati, mana mungkin
sempat ia menceritakan bagaimana aku sakit selama ini. Ya kan?
“Janc*k..!!”
“As*..!!”
“Ta*k..!!”
“B*j*ng*n..!!”
Kasar?
Iya kasar, aku sama sekali tidak menyangka ia bisa mengucapkan kata-kata itu
untuk menggambarkanku. Kami memang hidup di Jawa Timur, yang banyak disebut
sebagai Jawa kasar, umpatan-umpatan yang kami beri nama pisuhan itu memang sering diucapkan banyak orang dan teman-temanku
sebagai sarana agar lebih akrab pula. Tapi bagiku, aku yang terlahir dari
keluarga dan lingkungan yang tidak pernah mengucapkan kata-kata kotor itu tetap
saja aku merasa risih. Terlebih Raka menggunakannya sebagai ungkapan kemarahan,
bukan yang lain. Tentu saja aku sangat marah.
“Heh,
mbok kalo marah ya marah aja ke aku, gak usah pake acara bikin-bikin status
kayak gitu. Bentar lagi pasti temen-temenmu dan tentu Ibumu tanya ada apa. Trus
mau kamu jawab apa? Mau kamu jawab kalau aku yang salah udah bikin kamu sakit
hati? Iya? Kalau gini ceritanya ya aku yang bakal dicap jahat sama semua orang,
padahal itu semua kamu juga yang salah. Kamu yang nawarin putus, iya kan? Inget
gak? Mbok mikir.! Kamu udah gedhe, jangan kayak anak SMP patah hati..!! Dasar
kekanak-kanakan..!!”
Saat
itu baru pertama aku benar-benar bisa berkata seperti itu, mungkin bagi
sebagian orang teguran macam itu biasa saja, tapi bagiku memang sedikit berat
untuk bisa mengkritik orang lain secara langsung, namun aku yang selama ini
diam saja meski disakiti perlahan berubah, keadaan yang merubahku.
“Aku
gak bisa kaya’ gini, aku selalu kepikiran, aku sampai salah-salah pasang alat
dan dimarahi temen-temen karena gak fokus.”
“Ya yang bener aja kamu..!! Trus pasti mereka
tanya kamu kenapa, iya kan?”
“Iya,
kok kamu tahu?”
“Trus
kamu pasti akhirnya bakal cerita, iya kan?”
“Ya
mau gak mau cerita.”
“Dan
kamu gak akan mungkin cerita semuanya, dan pasti aku lagi yang kena batunya.”
“Maksudmu?”
“Stop
Raka, Stop.!!! Jangan bertindak bodoh.!!!”
“Tapi
aku emang bener-bener belum bisa lupa.”
“Terserah..!!!
Itu urusanmu..!!! Yang jelas semua tahunya pasti aku yang jahat, AKU.!”
Heeeuuh,
rasanya hanya bisa menghela nafas yang panjang. Mungkin aku memang harus ikhlas
dicap sebagai yang jahat dan menyakiti, pada akhirnya aku memang tidak akan
pernah bisa menjelaskan kepada dunia bagaimana kisahku yang sebenarnya, dan aku
juga tidak perlu mengumbar kisah itu, toh aku tidak hidup dengan mereka, jadi
biarkanlah.
Di
sisi lain tiba-tiba Mamaku menanggapi foto profil BBM yang aku pasang dengan
foto Pangeran. Aku lupa bahwa aku belum memperkenalkan Pangeran ke Mama, aku
bahkan belum bercerita bahwa aku dan Raka sudah putus kira-kira satu bulan yang
lalu.
“Lhoh
itu pasang fotonya siapa? Nanti kalau Raka marah gimana nak?”
“Gak
kok Ma, aku sama Raka udah putus sekitar satu bulan yang lalu.”
“Lhoh…!!!”
“Itu
Pangeran Ma, lagi deket sama aku.”
“Lho
lha tapi kamu gakpapa kan?”
“Gakpapa
kok Ma, sehat, baik-baik aja.”
“Ya
Alhamdulillah kalau gitu.”
“Iya
Ma, ya nanti aja kalau pulang aku cerita.”
“Yaudah
kalau gitu Nak.”
Sebenarnya
saat putus aku tidak baik-baik saja Ma, bahkan aku sakit, sangat sakit hingga
fisikku pun ikut sakit, bahkan saat aku sakit Mama lah yang merawatku. Tapi
maaf ya Ma, aku tidak ingin membuat Mama khawatir, jadi aku belum bisa
menceritakannya hingga keadaanku baik-baik saja lagi seperti sedia kala.
“Mama
besok ke Jogja sama temen-temen Mama, ada acara jalan-jalan. Mama bawain jus
jambu sama jus buah naga ya, besok diambil ke daerah Condong Catur.”
“Iya
Ma.”
“Tempat
temen Mama yang waktu itu, kamu masih inget kan?”
“Iya
Ma, inget kok.”
“Kalau
kejauhan ajak temen lho ya, jangan sendiri, rame jalannya, musim liburan.”
“Iya Ma, gampang.”
Sepertinya kesempatan memperkenalkan
Pangeran dengan Mama. Jadi aku memutuskan untuk memintanya mengantarku menemui
Mama besok pagi, dan dia mau karena memang sedang tidak ada kegiatan.
Keesokan harinya kami berdua menemui
Mama, tapi karena memang Mama ada acara jadi pertemuan kami tidak lama. Aku
hanya memperkenalkan Pangeran secara singkat, dan Mama juga terburu-buru
langsung melanjutkan perjalanan. Tapi sepertinya tidak ada yang salah dengan
kesan pertama saat itu. Aman lah. Setelah itu kami pulang dan mampir sebentar
ke kost kawan Pangeran. Dan ketika Pangeran meminjam komputer si Kirun
(panggilan kawannya), Pangeran membuka akun facebook
yang sudah lama tak dibukanya. Kemudian…. Taraaaa…. Ada pesan dari Raka di
inbox FB Pangeran. Kurang lebih begini percakapan mereka,
“Oooh ini to yang namanya Pangeran,
gebetan barunya Putri. Kayaknya kalian cocok. Aku cuma mau titip Putri mas. Dia
orang baik, keluarganya juga keluarga baik-baik. Jangan diapa-apain, jangan
dinakalin ya mas. Tolong dijaga baik-baik. Ohiya, jangan ngomong ke Putri ya
mas kalau aku chat begini.”
Aku
dan Pangeran hanya bisa tertawa.
“Nggih mas, terima kasih.”
“Abis ketemu ibunya ya mas? Saya lihat
update nya Putri. Maaf ya mas, gak bermaksud ngatur atau gimana, cuma titip
Putri di Jogja tolong dijaga baik-baik ya mas. Makasih ya mas.”
“Iya mas, sama-sama, hehee.”
“Kalau butuh apa-apa, missal pengen tahu
sifatnya Putri gimana, chat aja aku mas, gakpapa, aku terbuka aja kok.”
“Iya mas, siap.”
Kami
hanya tertawa, aku heran, Raka berani melakukan itu, seolah dia benar-benar
tahu aku ini bagaimana. Jika di tahu aku ini bagaimana, dan apa yang akum au,
bukankah seharusnya kami masih bersama? Hahaaa. Dan untuk apa dia menawarkan
itu pada Pangeran, aku rasa Pangeran bukan tipe orang yang seperti itu.
Sepertinya dia lebih menyukai tantangan untuk tahu semua tentangku dariku dan
dari pengalaman hubungan kami, bukan dari orang lain. Aku pun juga begitu, aku
akan berusaha hanya mempercayai apa katanya, bukan dari siapa-siapa yang ada di
sekitarnya.
Sebenarnya
aku masih dalam fase euphoria bertemu
Pangeran, hari-hari kuhabiskan tertawa bersamanya. Sesekali terkadang kami
bertengkar karena hal-hal kecil. Tapi aku rasa Pangeran yang sebenarnya sudah
mulai muncul, dua sampai tiga bulan setelah kami berjumpa, dia tidak lagi
menyelimutiku setiap waktu dengan hal-hal manis seperti sebelumnya. Yaa, wajar,
namanya juga dulu PDKT pasti yang manis-manis saja yang ditunjukkan. Beberapa
kebiasaan buruknya mulai muncul, ia yang ternyata terbiasa berkata kasar saat
sedang emosi membuatku sangat tak nyaman. Pangeran yang begitu humoris bisa
berteriak dan membanting apapun disekitarnya saat marah. Awalnya aku kaget, aku
sangat tidak terbiasa dibentak atau dimaki, sempak syok, ditambah lagi aku
orang yang tak suka kalah dan selalu menjawab argumennya dengan
argumen-argumenku. Jika baginya aku yang salah, maka keputusanku untuk selalu
melawan argumennya adalah langkah yang salah besar. Ketika ia mulai berkata
kasar dan menendang sesuatu, barulah aku diam dan tak tahan untuk tidak
menangis. Dan beberapa kali kami bersitegang, saat aku mulai menangis, barulah
Pangeran akan menurunkan emosinya, melihatku dengan rasa penuh iba dan
memelukku. Pelukannya hanya membuatku menangis semakin keras, sampai aku
terdiam karena ia terus menenangkanku. Di akhir tangisanku, Pangeran selalu
melakukan hal konyol yang membuatku tertawa, setelah kami tertawa lagi, maka
masalah selesai. Yes, aku begitu bersyukur saat mengetahui bahwa Pangeran
adalah tipe orang yang menyelesaikan masalah saat itu juga, tidak seperti Raka
dulu.
Berbicara
soal Raka, Pangeran sebenarnya mulai geram dan sensitive dengan nama itu. Terlebih
lagi dengan masalah Raka yang tak kunjung selesai, itulah yang membuat Pangeran
geregetan.
“Kalau
gak bisa nyelesaiin sendiri, biar aku aja..!!”
“Gak
usah, aku bisa, cuma butuh waktu Yang.”
“Ada
ya orang kaya’ gitu. Kalau masih sayang kenapa kalian putus, giliran udah
disaut sama yang lain malah geger.”
“Udah
Yang, sabar, tunggu aja.”
Setelah
aku sempat marah pada Raka tentang tingkah lakunya yang sangat childish itu, aku rasa dia bisa semakin
sadar diri. Perlahan dia seperti tenang dengan sendirinya. Tapi ternyata semua
tidak berhenti di situ. Raka memang sedang praktik langsung di Rumah Sakit, dan
dulu dia sempat berkata bahwa Jogja adalah salah satu tujuan Rumah Sakit tempat
di praktik. Memang tempatnya akan jauh dari tempatku, tapi aku takut jika bisa
saja kami berjumpa. Benar saja, semua kekhawatiranku terjadi. Kami memang sudah
tidak terlalu bersitegang, dan juga tidak sesering dulu berkomunikasi. Tapi
suatu sore tiba-tiba ponselku berdering.
“Hey,
aku di depan kost mu.”
Aku
terkaget, dan saat aku intip dari dalam, benar saja, Raka sudah duduk di kursi
depan kost ku. Apa yang dilakukannya di sini?! Duh..!! Apa yang harus aku
lakukan?! Aku harus keluar atau tidak? Jika aku menemuinya kira-kira Pangeran
akan marah atau tidak ya? Aku rasa aku harus menemuinya, setidaknya aku harus
mengatakan padanya bahwa dia tidak bisa menemuiku lagi. Kubuka pintu dan dia
menoleh sembari tersenyum, aku tak membalas senyumannya. Dulu biasanya saat
bertemu atau berpisah kami selalu ada tradisi salim, aku selalu mencium
tanggannya di keningku, tapi saat itu tentu semua sudah tidak seperti dulu, aku
hanya menyalaminya biasa.
“Ohiya
lupa, udah gak salim kaya’ dulu ya.”
“Hmm.”
“Apa
kabar? Kok kamu makin cantik aja.”
“Hmm,
baik, kamu? Kamu ngapain di sini?”
“Ya
kan aku mulai praktek, tapi jauh, di daerah Jalan Kaliurang atas.”
“Oooh.”
“Ini
tadi baru nyampe Jogja, sebelum ke sana aku mampir dulu, pengen ketemu.”
“Haaa?
Ngapain?”
“Ya
gakpapa, kangen aja.”
“Hish,
pacar orang ya ini.”
“Heheee,
iya sih. Makan yokk, di Burjo belakang biasanya kita makan.”
“Udah
makan.”
“Ya
udah temeni aku aja. Bentar doang.”
Bodoh,
aku benar-benar bodoh saat itu, aku mengiyakan ajakannya. Aku pikir aku yakan
karena aku belum sempat mengutarakan apa yang ingin aku utarakan. Jadi akhirnya
kami pergi ke Burjo langganan kami. (Bagi kalian yang tidak tahu apa itu Burjo,
Burjo adalah singkatan dari Bubur Kacang Ijo, warung makan yang menjual Bubur
Kacang Ijo dan makanan berat lain yang biasa dimiliki oleh orang Sunda)
“Yang,
di mana? Gak ke sini?”
“Lagi
di Burjo Yang.”
“Sama
siapa?”
“Raka
Yang, dia baru dateng ke Jogja tiba-tiba tadi di depan kost trus ngajak ke
Burjo.”
“Ooh.”
Yak,
aku tahu Pangeran pasti sedang sangat murka. Aku langsung meminta Raka untuk
menyudahi pertemuan ini sebelum semua semakin parah. Namun aku bingung, aku
ingin langsung menemui Pangeran, tapi motorku sedang berada di tempat Pangeran.
Sayangnya dulu belum ada Ojek On Line, mau tidak mau aku minta tolong Raka
untuk mengantarku ke tempat Pangeran. Bodoh memang, sangat bodoh, tapi saat itu
yang ada di pikiranku hanya aku ingin bertemu Pangeran.
Sesampainya
di kost Pangeran aku membuka kamarnya, dia terlihat terdiam memegang gitar
sembari tiduran di lantai dengan guling sebagai alas kepalanya. Melihatku
datang dia hanya melirikku dan terdiam.
“Yang.”
Panggilanku
tak digubrisnya, aku pun bingung apa yang harus kulakukan. Aku hanya terduduk
di sampingnya, dan dia langsung memalingkan wajah dan memiringkan tubuhnya
membelakangiku. Aku tahu dia pasti sangat marah, hubungan kami masih sangat
baru, dan semua tentang mantan pasti akan sangat sensitive. Kucoba memegang
tangannya tapi dia menolak usahaku.
“Ke
sini sama siapa?”
“Dianter
Raka.”
Seketika
ia melempar gitar yang dipegangnya. Aku sangat kaget dan kaku, aku benar-benar
tak tahu apa yang harus kulakukan. Terpaku di pojok kamar aku begitu takut
melihatnya hanya terdiam penuh amarah. Tak sepatah katapun ia ucapkan, wajahnya
terlihat memancarkan rasa kecewa yang begitu dalam. Seraya terpaku aku begitu
menyesali tindakan bodohku, aku tak sampai berpikir bahwa hal sepele itu akan
membuatnya marah. Iya, sepele memang menurutku, tapi setelah aku pikir-pikir
lagi, aku pun akan marah jika Pangeran bertemu dengan mantannya.
Kucoba
memegang tangannya, tapi dia menolaknya. Ia langsung memalingkan tubuhnya
dariku. Aku melihat tidak hanya rasa kecewa dan amarah, tapi sepertinya ia juga
takut, takut jika aku bisa saja kembali pada Raka yang memang sudah bersamaku
sekitar tujuh tahun terakhir. Kucoba memeluknya dari belakang dengan perlahan,
dia hampir memberontak, ia gerak-gerakkan tubuhnya pertanda tak ingin dipeluk.
Namun kupaksakan saja, aku tahu emosi yang bergejolak sebesar apapun akan redam
dengan pelukan hangat penuh kasih. Kupaksa dia untuk kupeluk, kupegang erat
agar ia tidak lolos dari pelukanku, dan kubisikkan sesuatu,
“Maaf
yang, maaf, aku bodoh, aku salah. Aku mencintaimu.”
Tubuhnya
yang semula berontak perlahan melemah, mungkin ia mulai lelah untuk marah.
Kuhadapkan tubuhnya berhadap-hadapan denganku agar aku bisa memandangnya. Wajah
penuh rasa kecewa dan amarah itu kini berangsur-angsur berubah, yang tampak
adalah rasa sedih, takut, dengan mata berkaca-kaca.
*Tes….(Ia
mengeluarkan air mata)
Aku
begitu kaget melihatnya meneteskan air mata, air mata pertama yang kulihat
darinya. Aku benar-benar kaget, ada apa ini? Pria ini, kami bahkan belum begitu
lama menjalin kasih, tapi ia bisa mengeluarkan air mata untukku. Bagi kami para
wanita, menangis adalah hal yang sangat mudah, tapi aku tahu bagi pria itu
bukanlah hal yang mudah. Hei para perempuan, jika kau lihat lelakimu menangis
untukmu, pertahankanlah, air mata itu adalah bentuk ketulusannya padamu. Aku
yang saat itu kaget dan bingung, mencoba menyelami hati Pangeran, karena ia
hanya terdiam, menunduk, dan berusaha menahan laju air matanya.
Tak
tahu lagi apa yang harus kulakukan, aku hanya bisa memeluknya kembali. Ku
elus-elus punggungnya, aku hanya mencoba menenangkan hatinya. Entah berapa lama
kami berpelukan dalam diam. Aku mulai lelah harus terus diam. Setelah beberapa
lama, di tengah-tengah pelukan, aku hanya membisikkan beberapa kata-kata
ringan, berharap Pangeran bisa tenang.
“Yang,
maaf. Gak akan aku ulangi lagi.”
Tak
menjawab, Pangeran hanya terdiam.
“Janji
yang. Maafin aku.”
Aku
pikir aku berbuat salah, dan sudah seharusnya aku meminta maaf, aku pikir kata
maaf akan meluluhkan hatinya, ternyata tidak. Pangeran terus terdiam. Aku
berpikir begitu lama, berpikir apa yang harus aku katakana untuk membuatnya
tenang dan memaafkanku. Kucoba dengan kalimat lain. Aku rasa ia menyembunyikan
sedikit rasa takut, dan aku berkata,
“Jangan
takut yang, aku gak akan pergi, aku gak akan tergoda macem-macem meskipun itu
Raka. ”
Benar
saja, ternyata sumber diamnya Pangeran adalah rasa takutnya, ia langsung
menjawabku dengan lirih.
“Aku
takut kamu suka lagi sama dia. Aku gak ada apa-apanya dibanding dia.”
Akhirnya
Pangeran menjawabku juga. Memang pria sepertinya tak berbeda jauh dengan
perempuan, ketika berbicara tentang hati, mereka hanya terdiam dan ingin
dimengerti.
“Huuush,
mboten pareng ngomong ngono. Kalau kamu gak ada apa-apanya dibanding dia,
ngapain aku putus sama dia dan mau sama kamu. Tenang yang, jangan takut, aku
gak akan tertarik lagi sama Raka kok, gak akan.”
“Bener?
Janji?”
“Iya
sayaang. Senyum sek to.”
Berjam-jam
adegan film bisu itu kami akhiri dengan senyuman dan pelukan hangat. Aaaahhh,
aku suka bagian ketika kami saling memeluk dan tersenyum setelah sebuah
pertengkaran terjadi, rasanya seperti lebih hangat dan lebih manis dari
biasanya. Hahaa
Dengan
kejadian itu tentu semua hal tentang Raka sudah diambil alih oleh Pangeran,
karena dia menganggapku sudah tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Baiklah,
tak apa, sejauh itu membuatnya bahagia. Dan benar saja, suatu malam saat aku
sedang bersama Pangeran, Raka tiba-tiba mengirimiku pesan.
“Put,
jam segini studio foto di mana ya?”
Pangeran
hanya melihatku dan menunggu bagaimana aku membalas pesan itu.
“Gak
tau. Daerah jakal situ kan pasti ada.”
“Tepate
di mana?”
Pangeran
mulai sinis melihatku,
“Tu
anak udah gedhe tapi soal gitu aja tanya, suruh cari sendiri.! Modus pasti
dia.!”
Oo…oouw.
Pangeran mulai marah, dan aku meneruskan percakapanku dengan Raka.
“Gak
tahu, itu di KM 5 kayaknya ada.”
“Kalau
yang sewa jas di mana ya?”
“Gak
tahu aku tu.”
“Ya
udah kasih tahu studio fotonya aja, anterin ya.”
Yakkk,
benar ucapan Pangeran, si Raka hanya basa basi untuk modus sepertinya. Langsung
Pangeran meminta ponselku secara paksa dan membalas pesan dari Raka.
“Mas,
bisa gak sih gak usah ganggu-ganggu Putri lagi. Dia udah jadi pacar orang lho
mas.”
“Eh,
malah pacarnya yang bales. Ya sorry lho mas, aku cuma minta bantuan. Aku baru
di Jogja.”
“Coba
gimana mas perasaanmu kalau pacarmu masih aja diganggu sama mantannya.”
“Ya
gak tau, kan aku belum pernah ngalami.”
Oh
Noooo. Itu jawaban terbodoh yang pernah aku tahu. Akhirnya kami putuskan untuk
menyudahi percakapan itu, karena kami rasa Raka tak selevel dengan kami, pola
pikirnya begitu aneh dan masih cenderung kekanak-kanakan. Raka terlihat seperti
tak punya empati sama sekali, Pangeran sedikit terkejut, bagaimana bisa aku
dulu bersama dengan orang dengan pemikiran semacam ini, percuma terus menanggapinya.
Hanya buang-buang waktu dan energi saja. Tapi Pangeran ku rasa masih baik tetap
membiarkan kontak Raka ada di ponselku begitu saja.
Beberapa
waktu berlalu, Raka masih di kotaku. Seringkali dia marah jika aku iseng update tempat aku berada di media sosial.
”Biar
apa? Biar disamperin?”
Dan
langsung aku hapus status-statusku. Aku rasa dia sangat sensi, masih takut jika
Raka bisa berbuat hal-hal aneh yang mengganggu hubungan kami. Jadi aku
menurutinya saja.
Pernah
sekali aku tak sengaja bertemu Raka di suatu tempat makan. Saat itu aku sedang
bersama teman-temanku, dan aku melihat Raka sudah meninggalkan tempat itu,
langsung aku memalingkan mukaku dan berharap ia tak tahu aku berada di situ
juga. Tapi ternyata aku salah, dia masih saja tahu dan mengenaliku, ditambah
tiba-tiba dia kembali dan mendatangi mejaku dan teman-temanku.
“Hei,
Putri. Kebetulan di sini.”
“Hahaa,
iya.”
“Mana
Pangeran?”
“Gak
ikut.”
Aku
rasa jawabanku saat itu cukup ketus, aku berharap ia cepat pergi. Dan benar
saja, dia menyapa teman-temanku yang lain karena memang mereka sudah saling
mengenal. Setelah saling menyapa dia langsung pamit pergi. Kepergiannya
diiringi sorak sorai cia cie dari teman-temanku. Hmmmm. Tapi aku tak
menceritakan pada Pangeran sampai detik ini aku pernah bertemu lagi tanpa
sengaja dengan Raka, bisa perang dunia ke-3 jika Pangeran tahu. Menurutku, yang
penting aku tidak melakukan apa-apa.
Hari
berganti, Raka sudah tak di sini, dan aku masih bersama Pangeran. Yak, dengan
kontak Raka yang masih tenang ada di ponselku, beberapa waktu kemudian tiba-tiba
Raka mengirim pesan BBM padaku. Ternyata dia ingin curhat, bahwa dia sedang
dekat dengan seorang gadis, yang ia kenal dari teman akrabnya dulu saat masih
SMP. Aku tak ingin terlalu menanggapi, jadi responku ya seadanya.
“Ya
terserah, kalo kamu suka ya monggo.”
“Tapi
aku belum lama kenalnya.”
“Ya
kenalan. Terserah kamu lah.”
“Apa
ini ya rasa yang kamu rasakan, suka meski belum lama kenal.”
(Hmmm,
karma kali ya, dulu kata-katanya yang memojokkanku sedemikian rupa seolah aku
ini wanita gampangan yang begitu mudah lupa dan jatuh cinta lagi, sekarang dia pun
merasakannya sendiri.)
Beberapa
waktu berlalu, aku merasa semua mulai tenang. Aku mulai melihat update Raka di berbagai media sosial
dengan perempuannya yang baru itu. Oooh, jadi mereka sudah go public ya, syukurlah jika demikian. Aku pun kadang hanya tertawa
melihat terlalu seringnya mereka meng-update
foto berdua, memang mungkin sedang kasmaran dan memperlihatkan pada dunia, tapi
aku pikir itu terlalu berlebihan di usia kami yang sudah beranjak dewasa. Aku
yang memang tidak merasa ada masalah, memang kebiasaanku mengetuk dua kali
alias menge-like setiap foto yang ada
di berandaku, begitu juga foto Raka. Mungkin itu menjadi pemicu rasa cemburu kekasih
barunya. Tiba-tiba akun instagramku
di unfollow, tak berapa lama kemudian
akunnya di private. Keesokan harinya
aku baru sadar bahwa kontak BBM ku pun telah dihapus olehnya. Hahahaa, aku jadi
ingin tertawa keras.
Kita
tidak akan pernah tahu bahwa suatu saat kita bisa membutuhkan seseorang, aku
pikir sangat tidak bijak jika kita memutus tali silaturahim dengan seseorang,
mantan sekalipun. Tapi baiklah jika memang ini yang diinginkan, akan aku iyakan,
dan akan aku permudah dia melakukannya. Langsung saja kubuka semua media sosialku,
ada beberapa yang belum terputus koneksi dengan akunnya, dan langsung saja aku
putuskan. Melihat hal itu, Pangeran pun memintaku untuk mengubah pengaturan Instagram
ku menjadi private pula. Ditambah
lagi aku sengaja berganti nomor telepon juga, karena bertahun-tahun menggunakan
nomor itu pasti dia juga masih hafal meski sudah menghapusnya, GR sekali aku. Hahahaa
Fix,
aku tidak lagi memiliki ikatan dengan siapa pun saat ini kecuali Pangeran. Semoga
perjalanan kami dimudahkan. Meski tidak akan ada hubungan yang berjalan begitu
mudah krikil-krikil bahkan batu dan rintangan yang menghalangi.
Aaaamiiiin…
#ToBeContinued
#Gambar di atas bukan milik penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar